Kamis, 14 Juli 2011

Maraknya pengobatan alternatif yang menggunakan bahan herbal atau alami saat ini ternyata menarik peminat penderita penyakit yang terkadang putus asa dengan pengobatan medis, dan pebggunaan obat herbal terkadang diluar kontrol dina kesehatan terutama pada praktek praktek pengobatan alternatif yang tidak jelas.

efek samping dan bahaya obat herbal

Jangan karena ada kesan herbal dan alami masyarakat terjebak dengan ketidak tahuan tentang kandungan zat dalam obat herbal yang ternyata dalam penggunaan tanpa dosis dan kontrol malahan berakibat fatal.bahan alami memang baik karena dari alam tapi unsur yang terkandung dalam bahan herbal harusnya diberi tahukan.

Jadi Pada prinsipnya, obat-obatan herbal memiliki potensi efek samping yang sama dengan obat-obatan sintetis atau konvensional. Tubuh kita tidak bisa membedakan antara pengobatan menggunakan herbal dengan pengobatan sintetis. Produk obat herbal merupakan bagian-bagian dari tumbuhan (misalnya akar, daun, kulit, dll) dan mengandung banyak senyawa kimia aktif. Senyawa ini, selain mempunyai khasiat penyembuhan juga dapat memiliki efek samping yang dapat merugikan.

Menurut Para ahli pengobatan herbal meyakini bahwa penggunaan kombinasi ekstrak tumbuhan memiliki efek penyembuhan yang lebih ampuh dibanding dengan hanya menggunakan satu komponen tumbuhan saja. Kombinasi dari tumbuh-tumbuhan ini memiliki efek sinergi, yang saling melengkapi dan bahkan menambah daya khasiatnya.

Kombinasi ini juga diklaim dapat mengurangi efek samping yang tidak diinginkan, misalnya dapat mengurangi kejadian keracunan dibanding hanya dengan menggunakan satu jenis herbal. Namun, secara teoritis, kombinasi zat kimia aktif dalam beberapa jenis herbal juga bisa berinteraksi untuk membuat ramuan herbal menjadi lebih beracun daripada menggunakan satu jenis herbal.

Pada beberapa jenis obat-obatan herbal dapat menimbulkan masalah serius atau efek samping dari obat herbal itu sendiri bagi. Pada pasien bedah, misalnya melalui peningkatan kecenderungan perdarahan. Anak-anak dan ibu yang sedang menyusui juga termasuk kelompok yang rentan bagi penggunaan obat-obatan, termasuk obat herbal, sehingga penggunaannya harus dilakukan dengan ketat. Beberapa peneliti telah menunjukkan potensi obat-obatan herbal melukai organ-organ tertentu, misalnya hati, kulit, sistem pencernaan dan lain lain.

Keputusan menggunakan obat herbal biasanya dilakukan bukan sebagai bentuk penolakan terhadap obat sintetis atau obat pabrik, tetapi lebih merupakan suatu keinginan masyarakat untuk menjaga kesehatan mereka sendiri secara mandiri dan alami. Masyarakat juga yakin pengobatan alternatif dengan herbal selaras dengan nilai-nilai filosofis yang ada di tengah masyarakat.

Selain itu, ada keyakinan yang memotivasi bahwa penggunaan sesuatu yang alami adalah aman. Hal ini agak menyesatkan dan tidak sepenuhnya benar, karena obat herbal juga mengandung berbagai senyawa kimia aktif yang dapat saja memiliki efek samping yang merugikan.

Dan efek samping obat herbal ini dapat terjadi dalam beberapa cara, misalnya keracunan, kontraindikasi dengan obat lain, dan lain-lain.

Berikut hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan obat-obatan herbal antara lain:

    * Keamanan obat herbal pada umumnya;
    * Kandungan racun yang mungkin dikandung tanaman herbal yang digunakan;
    * Efek yang merugikan pada organ tertentu, seperti sistem kardiovaskuler, sistem saraf, hati, ginjal dan kulit;
    * Keamanan obat-obatan herbal untuk pengguna yang rentan, misalnya: anak-anak dan remaja, lansia, wanita selama kehamilan dan menyusui, pasien dengan kanker dan pasien bedah;
    * Interaksi yang mungkin terjadi di antara komponen obat herbal;
    * Waktu penggunaan yang tepat.


Pada obat, efek samping ini dapat terkait beberapa hal, antara lain:

    * Pemalsuan produk,
    * Mutu produk yang rendah, karena kurang pengawasan produksi, dll.
    * Kontaminasi zat-zat asing dari luar,
    * Masa pemakaian yang habis, kedaluarsa.


Contoh penggunaan obat herbal yang perlu diperhatikan:

Mahkota dewa
Bijinya tidak boleh dikonsumsi secara langsung karena sangat beracun. Tidak boleh digunakan wanita yang lagi haid.

Daun Seledri (Apium graveolens)
Tanaman ini telah terbukti mampu menurunkan tekanan darah, tetapi pada penggunaannya harus berhati-hati karena pada dosis berlebih (over dosis) dapat menurunkan tekanan darah secara drastis sehingga jika penderita tidak tahan dapat menyebabkan shock. Oleh karena itu dianjurkan agar jangan mengkonsumsi lebih dari satu gelas perasan seledri untuk sekali minum.

Gambir
Gambir umum digunakan untuk menghentikan diare. Akan tetapi penggunaan lebih dari ukuran satu ibu jari justru bukan hanya menghentikan diare tetapi akan menimbulkan kesulitan buang air besar selama berhari-hari.

Minyak Jarak (Oleum recini)
Minyak ini biasa digunakan untuk mengobati urus-urus. Akan tetapi jika penggunaannya tidak terukur akan menyebabkan iritasi saluran pencernaan.

Keji beling atau pecah beling (Strobilantus crispus)
Tanaman ini digunakan untuk mengobati batu ginjal. Akan tetapi jika pemakaian melebihi 2 gram serbuk sekali minum, bisa menimbulkan iritasi saluran kemih. Selain itu, pada beberapa pasien yang mengonsumsi keji beling untuk mengobati sakit batu ginjal, ternyata ditemukan adanya sel-sel darah merah dengan jumlah melebihi batas normal pada urinenya.

Kemungkinan hal ini disebabkan daun kejibeling merupakan diuretik kuat sehingga dapat menimbulkan iritasi pada saluran kemih. Akan lebih tepat bagi mereka jika menggunakan daun kumis kucing (Ortosiphon aristatus) yang efek diuretiknya lebih ringan dan dikombinasi dengan daun tempuyung (Sonchus arvensis) yang tidak mempunyai efek diuretik kuat tetapi dapat melarutkan batu ginjal berkalsium.

Pasak bumi
Jika digunakan jangka panjang dapat merusak hati.

Efek samping obat herbal ini bisa dihindari jika cara pemakaian benar dan sudah diuji secara praklinik dan uji klinik, seperti dilakukan pada obat konvensional.

Jadi keputusan ada pada anda..!!

0 comments:

Posting Komentar

Arsip Blog

Visitor

Popular Posts

Donate To Me On Paypal

https://www.paypal.me/riyanto1971