Kamis, 13 Agustus 2015

Sebuah Ledakan besar menghantam kota utara China Tianjin tanggal 13 agustus 2015, Ledakan di kota tianjin cina ini hampir setara dengan ledakan 3 ton TNT,  setidaknya 17 orang tewas dan ratusan lainnya terluka. Rumah sakit dilaporkan kewalahan dengan banyaknya korban kritis.




Media pemerintah mengatakan ledakan terjadi di sebuah gudang penyimpanan barang berbahaya dan bahan kimia di daerah pelabuhan kota. Gambar dan video di media sosial menunjukkan api menerangi langit, dan banyak bangunan dikatakan telah runtuh. Presiden Xi Jinping mendesak menyerukan sekuat tenaga dalam upaya menyelamatkan korban kata kantor berita Xinhua. Media pemerintah juga mengatakan manajer senior Ruihai Logistik, yang pemilik gudang di mana ledakan itu terjadi, sedang diinterogasi oleh pihak berwenang.




Ledakan pertama sekitar 23:30 (15:30 GMT) pada Rabu diikuti oleh yang lain, ledakan yang lebih kuat terjadi beberapa detik kemudian. Gelombang terasa beberapa kilometer jauhnya.



Penyebab ledakan dasyat di tianjin cina ini belum diketahui. Ledakan yang terjadi di tianjin cina ini hampir serupa ledakan bom atom di nagasaki dan hirosima. Ledakan pertama adalah setara dengan meledakkan tiga ton TNT, sedangkan yang kedua adalah setara dengan 21 ton bahan peledak.

Lebih kurang empat petugas pemadam kebakaran di antara orang mati dan bahwa lebih dari 400 orang cedera, setidaknya 32 dari mereka kritis.Pola ledakan mirip bola api besar. Pada saat ledakan tanah gemetar keras, mobil dan bangunan di dekatnya bergetar, kaca dari beberapa bangunan semua pecah dan
semua orang mulai berlari. Tianjin adalah pelabuhan utama dan kawasan industri di selatan-timur dari ibukota Cina, Beijing.



Video Ledakan Di Tianjin Cina.

Rabu, 12 Agustus 2015

Ada yang unik dengan usia kemerdekaan Republik Indonesia tahun 2015, peringatan hari kemerdekaan 17 Agustus 1945 tahun ini tepat berusia 70 tahun. Apakah selama 70 tahun ini kita sudah merdeka? atau orang lain yang merdeka merampas kekeyaan negeri ini, atau orang orang licik yang merdeka berebut kekuasaan di negeri ini, jadi apakah rakyat negeri ini sudah bener bener hidup dialam kemerdekaan?

70 tahun adalah angka, angka yang mungkin punya makna dalam kehidupan, angka yang dipandang dengan rasa keimanan, bukan dengan mistis. Angka 70 terdiri dari dua angka, yaitu angka 7 dan 0. begitu juga jika peringatan hari kemerdekaan Indonesia 17-08-1945 yang kita peringati tiap tahun, jika dijumlahkan angkanya akan menghasilkan angka 70. Didapat dari 17+08+45=70. Tapi sudahnya sekarang kita pandang semua secara keimanan bukan permainan angka.

Logo Peringatan 70 tahun Kemerdekaan Republik Indonesia
Logo Peringatan 70 tahun Kemerdekaan Republik Indonesia

Bagi kita umat muslim,  angka tujuh (7) adalah angka yang memiliki nilai tersendiri dalam Al Qur’an. angka ini memiliki keistimewaan dalam berbagai rutinitas ibadah, alam semesta, dan juga sejarah. Ia disebut sebagai As Sab’u Al Masani (tujuh ayat yang senantiasa di ulang-ulang sepanjang zaman) dialah al Fatihah. Angka ini menunjukan keesaan Allah dan al-qur’an adalah kitabullah.

Kita disuruh haji dengan 7x thawaf, 7 x Sa’i, dan melempar jumrah, untuk mengusir syetan dengan 7x lemparan.

Angka 7 adalah angka yang paling banyak diulang dalam AlQuran setelah angka 1 (ahad) tentunya., ini menunjukkan betapa pentingnya angka ini.

Abd Ad-Da’im Al Kahil. Dalam bukunya mesteri angka tujuh dalam al-quran membahas tuntas mengapa angka Tujuh itu menjadi trandy dalam al-quran, dan bagaimana hubungannya, yang jelas al-quran tidak disusun oleh tangan tangan jahil, melainkan Tangan Suci Allah yang menulisnya di Lau mahfudz.

Ia mengulas secara mendalam kemukjizatan Al-Quran dalam bidang numerik. Ia membuktikan bahwa semua surah, ayat, kata, dan huruf dalam Al-Quran disusun ALLAH SWT secara teratur dengan sistem berbasis angka 7 sebagai dalil bahawa ia bersumber dari Rabb 7 lapis langit ( bukan tujuh planet ), karena tujuh planet tersebut masih dalam satu muara langit pertama.

Tidak dapat dipungkiri, angka paling istimewa dalam Al-Quran setelah angka 1 adalah angka 7. Angka ini memiliki keistimewaan dalam berbagai rutinitas ibadah, alam semesta, dan sejarah. Apa rahasia angka ini? Mengapa ia disebut berulang-ulang di berbagai tempat dalam Al-Quran? Bagaimana alam raya yang luas dengan setiap bagian, orbit dan bintang-bintangnya terikat dan terkait satu sama lain? Dengan hikmah-NYA, ALLAH SWT menetapkan hukum-hukum matematik yang tepat untuk keterkaitan alam, di antaranya hukum gravitasi. Hukum ini membumi mengelilingi matahari dan bulan menelilingi bumi.

Sebagaimana kita lihat, banyak sekali indikasi angka 7 di alam semesta dan kehidupan di sekitar kita. Kita juga melihat tatanan yang sempurna dengan basis angka 7 dalam Al-Quran. Ini menunjukkan keesaan ALLAH dan Al-Quran adalah kitabullah. Hikmah pemilihan angka 7 sebagai poros penelitian ini adalah banyaknya indikasi angka 7 di dalam Al-Quran dan hadiths Nabi, jugapengulangan angka ini dalam tatanan yang sangat teratur di Kitabullah yang dalil-dalilnya akan dikemukakan. Ketika tahu bahwa tatanan alam semesta berbasis angka 7 dan kita menemukan angka ini terulang-ulang secara sistematik di dalam kitab suci yang diturunkan 14 abad lalu,kita yakin bahawa Pencipta alam raya adalah Yang Menurunkan Al-Quran.

Sekarang mari kita lihat kehadiran angka 7 di alam semesta. Ketika mencipta alam semesta ,  menjadikan langit berjumlah tujuh lapis (tingkatan), demikian juga bumi.(QS Ath-Thalaq: 12).

Bahkan atom, sebagai unit fundamental struktur alam semesta, juga tersusun dari tujuh lapisan elektron.  Jumlah hari dalam sepekan 7 hari, jumlah not musik 7, jumlah warna 7, dan para geologi menemukan bahwa bola bumi tersusun dari tujuh tingkatan.

Angka 7 juga menampakkan kehadiran yang nyata dalam sunnah Nabi. Ketika Nabi Muhammad SAW menerangkan hal-hal yang merusak, Rasulullah membatasinya pada 7 hal. Beliau bersabda, “Jauhilah tujuh hal yang merusak.” yaitu : Syirik kepada Allah, sihir, membunuh diri yang Allah mengharamkan kecuali dengan haq, dan makan riba, dan makan harta anak yatim, dan berpaling pada hari peperangan, dan menuduh zina perempuan terjaga, beriman lagi lupa”.

Ketika menerangkan perihal kezhaliman dan mengambil tanah orang lain tanpa alasan, beliau menjadikan angka 7 sebagai simbol azhab pada hari kiamat, dan bersabda: “Orang yang menzhalimi orang lain walau hanya beberapa jengkal tanah, akan dikalungkan kepadanya azhab dari tujuh bumi.” (HR Bukhari Muslim).

Nabi menerangkan bahwa ALLAH memerintahkan kita bersujud dengan 7 organ tubuh. Beliau bersabda, “Aku diperintahkan untuk bersujud dengan tujuh tulang.” (HR Bukhari Muslim). Ketika berbicara tentang Al-Quran, beliau menyatakan, angka 7 memiliki hubungan yang sangat erat dengan kitabullah ini. Beliau bersabda, “Al-Quran diturunkan dengan tujuh huruf.” (HR Bukhari Muslim).

Ketika seorang sahabat meminta Nabi menjelaskan rentang waktu untuk mengkhatamkan Al-Quran, beliau bersabda, “Khatamkan Al-Quran setiap tujuh hari, dan jangan lebih cepat dari itu.”

Demikianlah, angka 7 adalah angka yang paling istimewa dalam hadiths-hadiths Nabi.
Angka 7 dalam Kisah-kisah Al-Quran Penyebutan angka 7 diulang-ulang dalam kisah Al-Quran. Nabi Nuh menyeru kaumnya untuk memikirkan 7 lapis langit. Beliau berkata kepada mereka, “Tidakkah kamu memperhatikan bagaimana ALLAH menciptakan tujuh langit berlapis-lapis.” (QS Nuh: 5).

Angka 7 juga disebutkan dalam kisah azab bagi kaum Nabi Hud yang dikirim kepada Qabilah Ad. ALLAH berfirman, “Kaum Ad telah dibinasakan dengan angin itu kepada mereka selama tujuh malam delapan hari terus-menerus.”

Dalam kisah Nabi Musa disebut angka 70, yang merupakan kelipatan 7. ALLAH SWT berfirman, “Musa memilih 70 orang dari kaumnya untuk waktu yang telah Kami tetapkan (QS Al A’raf: 155).
Penyebutan angka 7 tidak terbatas pada kehidupan dunia, tetapi kita dapatkan juga dalam kehidupan akhirat.

Kata alqiyamah terulangdalam Al-Quran sebanyak 70 kali, kelipatan 7.

Kata jahanam terulang 77 kali, yang berarti juga kelipatan 7.
ALLAH juga menyebut angka 7 ketika mendeskripsikan kata-kata NYA. ALLAH SWT berfirman, “Jika pohon-pohon di bumi menjadi pena dan lautan menjadi tinta, lalu ditambahkan kepadanya tujuh lautan lagi, kata-kata ALLAH tidak akan habis-habisnya. Sesungguhnya ALLAH Maha Perkasa dan Maha Bijaksana (QS: Luqman: 27).

Angka 7 disebut untuk menunjukkan pahala yang diberikan Allah SWT kepada orang-orang yang menginfakkan hartanya di jalan-NYA. ALLAH SWT  berfirman:

Perumpamaan orang yang menginfakkan harta di jalan ALLAH sepertisebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai. Pada setiap tangkai ada100 biji. ALLAH melipatgandakan bagi siapa yang DIA kehendaki dan ALLAH Maha luas lagi Maha Mengetahui. (QS Al-Baqarah).

Ini bukti kalau al-quran sebuah kitab yang dijamin pasti benarnya, bahkan merupaka ayat ayat mulya yang tiada taranya, tak ada tolok bandingnya, sekalipun harus dibandingkan dengan apapun tak akan menandingi al-Quran.

Demikianlah diantara keistimewaan angka 7 menurut pandangan Islam, jika ada kekeliruan mohon dikoreksi, jika ada tambahan silahkan ditambahakan, mari membangun negeri ini dengan keimanan, kita dalam satu wadah NKRI, ber bhineka Tunggal Ika, mudah kadang dipecah belah tetapi sulit untuk dihancurkan jika kita bersatu meninggal orang orang yang rakus, meninggalkan orang orang yang licik, jadilah diri sendiri dengan pemikiran sendiri, kita telah merdeka selama 70 tahun , harusnya kita menjadi pribadi yang membangun bagi diri sendiri, agama, masyarakat dan tanah air, DIRGAHAYU negeriku Republik Indonesia ke 70 tahun.



Jumat, 07 Agustus 2015

Tujuan peringatan Hakteknas ( hari kebangkitan teknologi nasional ) selain untuk menghargai keberhasilan putra-putri Indonesia dalam memanfaatkan, menguasai, dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) serta untuk memberi dorongan kepada mereka untuk terus menerus membangkitkan daya inovasi dan kreasi guna kesejahteraan dan peradaban Indonesia. Dengan menunjukkan hasil karya iptek, Hakteknas juga menjadi momentum untuk memberikan pertanggung-jawaban publik terhadap segala hal yang telah dilakukan oleh komunitas iptek dengan sumberdaya yang diberikan oleh rakyat Indonesia.

logo harteknas
Peringatan Hakteknas yang merupakan tonggak sejarah kebangkitan teknologi ini berawal dari penerbangan perdana pesawat terbang N-250 Gatotkaca pada tanggal 10 Agustus 1995 di Bandung. Hasil karya anak bangsa ini menjadi bukti bahwa negara kita telah berhasil menumbuhkan inovasi dan jiwa mengembangkan iptek nasional. Hal ini membuktikan betapa pentingnya menanamkan perhatian, minat, dan kesadaran bangsa Indonesia terhadap pengembangan iptek dalam pembangunan nasional yang berkesinambungan

Setelah 20 tahun berlalu sejak terbangnya N-250 tersebut, semangat dan jiwa kebangkitan teknologi akan diterapkan pada bidang-bidang yang merupakan ranah iptek dan inovasi. Untuk itu setiap tahun ditetapkan tema dan sub tema yang relevan dengan tuntutan masyarakat tentang kiprah iptek dan inovasi.

Peringatan Hakteknas ke-20 ini juga merupakan ajang penghargaan kepada para peneliti dan perekayasa yang sangat berprestasi dan produktif di bidang iptek. Selain itu juga memberikan penghargaan bagi para aktor Sistem Inovasi Nasional, yaitu untaian ABG, akademisi (academician, A, sebagai penghasil iptek), swasta (business, B, sebagai pengguna iptek) dan pemerintah (government, G, selaku penumbuh iklim inovasi). Para aktor inilah yang telah berprestasi luar biasa dalam memacu tumbuhnya inovasi.

Pelaksanaan Hakteknas ke-20 juga merupakan sarana koordinasi semua jajaran pemangku kebijakan dan kepentingan secara nasional, dalam rangka meningkatkan semangat kreativitas dan inovasi teknologi untuk kemajuan bangsa. Selain itu, dalam peringatan Hakteknas ke-20 ini, juga akan ditampilkan berbagai hasil inovasi komunitas iptek dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi masyarakat. http://www.ristek.go.id

Sumber : http://etnics.blogspot.com/2015/08/hari-kebangkitan-teknologi-nasional.html

Kamis, 06 Agustus 2015

1. Masjid Golcuk di Turki



Dengan kebesaran Allah masjid ini sama sekali tidak hancur sedikitpun akibat stunami. padahal pada waktu itu, tepat nya pada tahun 1999 terjadi tsunami yang sangat dasyat. Dan bencana ini menelan korban sebanyak 45.000 jiwa. Tidak ada bangunan yang tersisa, semua rata dengan tanah kecuali masjid golcuk ini dia tetap berdiri kokoh dan kuat. Subhanallah, itulah mukjizat yang ditunjukkan oleh Allah.

2. Masjid Tauhid di Haiti

 

Masjid ini juga salah satu masjid yang tetap kokoh ketika dihantam oleh badai tsunami yang luar biasa dasyatnya pada tahun 2010 d haiti. Hal ini sangat mengejutkan padahal bencana ini menelan 360.000 korban jiwa. Semua bangunan hancur bahkan istana presiden sekalipun hancur rata dengan tanah. Namun masjid tauhid tetap berdiri kokoh dan mampu menampung korban-korban gempa yang selamat. Itu semua terjadi atas izin yang maha kuasa.

3. Masjid kobe di Jepang

 

Dahsyat nya masjid ini, dengan terjadinya 2 kali kejadian bencana yang menimpanya namun dia masih tetap berdiri kokoh dan kuat. Pada waktu itu terjadi peperangan antara Jepang dan amerika.,Jepang menyerang salah satu pelabuhan di Amerika sehingga Amerika murka dan melayangkan bom dan terjadilah kehancuran yang meluluh lantakan jepang. Namun masjid kobe sama sekali tidak hancur dan terkena oleh bom itu. Namun tidak berhenti disitu, pada tahun 1955 jepang juga kembali di uji dengan adanya gempa dahsyat tetapi lagi-lagi masjid kobe yang dibangun sejak tahun 1935 tersebut masih tetap berdiri kokoh. Bisa juga sobat baca dipostingan sebelumnya  Baca disini

4. Masjid Baiturrahman Banda Aceh


Masih teringat jelas dibenak kita tsunami yang terjadi dibanda aceh waktu itu. 26 desember 2014, ya pada tanggal,bulan,dan tahun itu lah warga aceh dilanda oleh ttsnami yang luar biasa dasyatnya. Stunami yang telah memporak porandakan banda aceh, semua bangunan hancur bahkan 200.000 jiwa yang harus terenggut. Namun tsunami pada saat itu ada 1 masjid yang tetap berdiri kokoh sedangkan bangunan yang lain harcur rata dengan tanah.

Menurut cerita warga yang selamat, bahwa masjid tersebut seringkali diisi dengan pengajian anak-anak santri dan banyak penduduknya yang melaksanakan sholat dimasjid itu. Sehingga “subhanallah” masjid tersebut tetap berdiri dan tidak hancur oleh hantaman tsunami yang luar biasa dasyatnya.

5. Masjid Jami di Nepal

 

Gempa yang menimpa Nepal baru-baru ini menjadi kesedihan baru buat kita semua. Gempa yang mengguncang Nepal dan meluluhlantakan semua bangunan dinepal. Namun ditengah runtuhnya bangunan ada masjid yang masih kokoh berdiri yaitu masjid Jami. Masjid ini sama sekali tidak roboh oleh guncangan gempa pada saat itu. Dan semua masjid yang berada di Nepal tidak mengalami kerusakan bahkan masjid yang sudah dibangun ratusan tahun yang lalu tidak ada yang rusak dan tetap berdiri kokoh.

Senin, 03 Agustus 2015

Palembang merupakan kota yang strategis di Sumatera Selatan. Sebagai kota tua, Palembang banyak menyimpan sejarah perjuangan rakyat. Keberadaan Palembang yang dibagi oleh Sungai Musi menambah eksotismenya. Ciri khas Kota Palembang sebagai kota yang sangat didominasi oleh air, bahkan oleh Belanda sebelum Perang Dunia II, pernah dipromosikan sebagai “Venetie van het Verre Oasten” atau “Venesia dari Timur Jauh.” Kekayaan alam Sumatera Selatan menjadi kebanggaan sekaligus ancaman dari bangsa asing.

Setelah Perang Dunia II, Sekutu membonceng NICA ke Indonesia dengan maksud agar Belanda dapat kembali menguasai Indonesia. Konflik RI dan Belanda semakin menimbulkan ketegangan. Para pasukan RI, laskar dan rakyat berusaha mempertahankan Kemerdekaan yang telah dicapai pada 17 Agustus 1945. Usaha untuk mencapai kepentingan Belanda berlanjut dengan pertempuran besar. Pertempuran besar yang menentukan antara lain Bandung Lautan Api, Pertempuran Ambarawa, Medan Area, Puputan Margarana dan lain-lain. Di Sumatera Selatan pun terjadi pertempuran besar yang dikenal dengan Pertempuran Lima Hari Lima Malam di Palembang. Pertempuran ini terjadi pada tanggal 1 hingga 5 Januari 1947.


Pertempuran Lima Hari Lima Malam di Palembang merupakan perang tiga matra yang pertama kali kita alami, begitu pula pihak Belanda. Perang tersebut terjadi melibatkan kekuatan darat, laut, dan udara. Belanda sangat berkepentingan untuk menguasai Palembang secara total karena tinjauan Belanda terhadap Palembang dari aspek politik. ekonomi dan militer. Dalam aspek politik, Belanda berusaha untuk menguasai Palembang karena ingin membuktikan kepada dunia internasional bahwa mereka benar-benar telah menguasai Jawa dan Sumatera.

Ditinjau dari aspek ekonomi berarti jika Kota Palembang dikuasai sepenuhnya maka berarti juga dapat menguasai tempat penyulingan minyak di Plaju dan Sei Gerong. Selain itu, dapat pula perdagangan karet dan hasil bumi lainnya untuk tujuan ekspor. Sedangkan jika ditinjau dari segi militer, sebenarnya Paskan TRI dan pejuang yang dikonsentrasikan di Kota Palembang merupakan pasukan yang relatif mempunyai persenjataan yang terkuat, jika dibandingkan dengan pasukan-pasukan di luar kota. Oleh karena itu, jika Belanda berhasil menguasai Kota Palembang secara total, maka akan mempermudah gerakan operasi militer mereka ke daerah-daerah pedalaman.

Peranan rakyat sangat besar dalam Pertempuran Lima Hari Lima Malam. Motivasinya perjuangan rakyat Indonesia umumnya dan khususnya para pejuang di daerah Sumatera Selatan yakni adanya “sense to be a nation,” rasa harga diri sebagai suatu bangsa yang telah merdeka. Semboyan “Merdeka atau Mati” yang berkumandang semasa periode Perang Kemerdekaan adalah wujud usaha untuk menjaga agar tetap berdirinya Negara Republik Indonesia.


Daerah Keresidenan Palembang pada masa-masa menjelang Pertempuran Lima Hari Lima Malam memiliki keunikan tersendiri, bila dibandingkan dengan daerah-daerah Indonesia lainnya yang telah diduduki oleh Sekutu (NICA), seperti Medan, Padang, Jakarta, Bandung, dan lain-lainnya, yang masih terdapat pemerintahan RI lengkap dengan pasukan, karena keberhasilan diplomasi yang dilakukan oleh kepala pemerintah setempat.

Setelah Belanda menggantikan Inggris di Palembang pada 24 Oktober 1946, Kolonel Mollinger menjadi Komandan territorial Belanda untuk Sumatera Selatan (Palembang, Lampung, Bangka, dan jambi). Penyerahan pendudukan Inggris kepada Belanda berlangsung pada 7 November 1946. Setelah menggantikan Inggris, Belanda menuntut garis demarkasi yang lebih jauh. Untuk mencegah timbulnya insiden dilakukanlah perundingan antara pihak Belanda dan RI pada November 1946.



Hal terpenting dari perundingan itu antara lain tentara Belanda tidak akan memperluas atau melewati batas daerah yang diserahkan kepadanya oleh Inggris dan akan memelihara status quo. Sementara itu di Palembang mulai dilakukan pengembangan kekuatan militer oleh Pasukan TRI, sedangkan pihak Belanda giat menyusun posisi dan memperkuat pasukannya di Palembang.

Pada bulan Desember 1946, pihak Belanda telah menyusun pasukan-pasukannya di Kota Palembang dan sekitarnya. Kapal-kapal perang Belanda mulai melakukan pencegahan terhadap lalu lintas pelayaran antara Palembang – Lampung – Jambi – Singapura, yang bertujuan untuk mengadakan blokade ekonomi dan militer. Blokade bertujuan agar hubungan timbal balik antara Jambi, Lampung, Palembang dan Singapura terputus sehingga hasil bumi, barang kebutuhan hidup dan senjata tidak dapat diimpor dan diseludupkan dari Singapura. Dr. A.K. Gani melakukan kegiatan menembus blokade tersebut untuk memperkuat perjuangan sehingga dia dijuluki “The biggest smuggler of South East.”

Panglima Komando Sumatera, Jendral Mayor Suharjo Harjowardoyo mengeluarkan Perintah Harian lewat corong Radio Republik Indonesia di Palembang pada akhir Desember 1946 yang ditujukan kepada pasukan-pasukan RI di daerah pendudukan Belanda di Medan, Padang dan terutama yang di Palembang untuk selalu siap siaga dan waspada menunggu instruksi dari pemerintah pusat.

Pada tanggal 28 Desember 1946, seorang anggota Lasykar Napindo bernama Nungcik ditembak mati karena melewati pos pasukan Belanda di Benteng. Malam harinya Belanda melanggar garis demargasi yang telah ditentukan. Dua buah jeep yang dikendarai oleh pasukan Belanda dari Talang Semut melewati Jalan Merdeka, Jalan Tengkuruk (sekarang jalan Sudirman). Rumah Sakit Charitas sambil melepaskan tembakan-tembakan yang membabibuta. Pancingan itu mendapatkan jawaban dari pasukan RI. Meletuslah pertempuran yang berlangsung sekitar 13 jam lamanya. situasi Palembang dalam kondisi cease fir. Insiden ini menunjukkan akan meletusnya perang yang lebih besar, karena Belanda berusaha meningkatkan pertahanannya.

Upaya Menghadapi Serangan Belanda Pada Pertempuran 5 Hari 5 Malam di Palembang

Penghentian tembakan-tembakan tersebut tidaklah berlangsung lama, Belanda kembali melanggar kesepakatan pada 29 Desember 1946, berupa terjadi penembakan terhadap Letnan Satu A. Riva’i, Komandan Divisi Dua, yang mengendarai sepeda motor Harley Davidson saat sedang melakukan inspeksi kepada pasukan-pasukan dan pos-pos pertahanan TRI-Subkoss/Lasykar. Ketika melintas di depan Charitas, ia ditembak dengan senjata otomatis oleh pasukan Belanda yang berada di Charitas. Letnan Satu A. Riva’i berhasil menyelamatkan diri walaupun tembakan itu tepat mengenai perutnya.

Provokasi Belanda terus terjadi pada tanggal 31 Desember 1946 menyebabkan insiden dengan pihak TRI yang sifatnya sporadis. Belanda melakukan konvoi dari Talang Semut menuju arah Jalan Jendral Sudirman. Mobil tersebut melaju dengan kencang dan melepaskan tembakan-tembakan. Kontak senjata tidak terelakkan di depan Masjid Agung dan sekitar rumah penjara Jalan Merdeka. Pasukan TRI melakukan pengepungan dan serangan terhadap kekuatan Belanda di Charitas sehingga tidak mungkin Belanda untuk keluar dan menerima bantuan dari luar.

Akhirnya Belanda meminta bantuan Panglima Divisi II (Kol Hasan Kasim) dan Gubernur Sumatera Selatan (dr. M. Isa) untuk menghentikan tembak-menembak (cease fire) Tujuan dilakukan penghentian tembak-menembak bagi Belanda adalah untuk menyusun kembali kekuatan tempurnya. Sebelum Belanda melakukan serangan udara itu memakan waktu yang relatif singkat, yaitu beberapa jam sebelum matahari terbenam menjelang malam.

Belanda melakukan penembakan dengan mortir ketempat dimana Pasukan TRI/Lasykar berada yaitu di Gedung Perjuangan (sekarang pusat perbelanjaan Bandung), di daerah dekat Sungai Jeruju, daerah Tangga Buntung, dan sebagainya. Dengan demikian telah berakhir kesepakatan penghentian tembak-menembak oleh Belanda. Insiden-insiden yang terjadi pada akhir tahun 1946 tersebut menjadikan situasi di Kota Palembang dan sekitarnya menjadi panas (Perwiranegar, 1987: 58). Insiden yang terjadi sesungguhnya adalah cara Belanda untuk memicu keributan dengan tujuan agar terjadi pertempuran yang lebih besar.

Pada hari Rabu, tanggal 1 Januari 1947, sekitar pukul 05.30 pagi, sebuah kendaraan Jeep yang berisi pasukan Belanda keluar dari Benteng dengan kecepatan tinggi. Mereka melampaui daerah garis demarkasi yang sudah disepakati. Ternyata mereka mabuk setelah pesta semalam suntuk merayakan datangnya tahun baru. Kendaraan Jeep itu melintasi Jalan Tengkuruk membelok dari Jalan Kepandean (sekarang Jalan TP. Rustam Effendi) lalu menuju Sayangan, kemudian melintasi ke arah Jalan Segaran di 15 Ilir, yang banyak terdapat markas Pasukan RI/Lasykar seperti Markas Napindo, Markas TRI di Sekolah Methodist, rumah kediaman A.K. Gani, Markas Divisi 17 Agustus, Markas Resimen 15, dan Markas Polisi Tentara.

Pada kesempatan yang sama para pemimpin militer dan Lasykar mengadakan rapat komando untuk menentukan sikap dalam menghadapi provokasi Belanda. Rapat dihadiri pimpinan pemerintah sipil Gubernur Muda M. Isa. Dalam rapat tersebut, Panglima Divisi II Kolonel Bambang Utoyo, Gubernur Muda M. Isa, maupun Panglima Lasykar 17 Agustus, Kolonel Husin Achmad menyatakan bahwa dalam menghadapi provokasi Belanda, pihak RI bertindak tidak lagi sekedar membalas serangan, melainkan harus berinisiatif untuk menggempur semua kedudukan dan posisi pertahanan Belanda di seluruh sektor. Kepala staf Devisi II, Kapten Alamsyah, mengeluarkan perintah “Siap dan Maju” untuk bertempur menghadapi Belanda.

Upaya Menghadapi Serangan Belanda Pada Pertempuran 5 Hari 5 Malam di Palembang

 1. Front Seberang Ilir Timur

Front Seberang Ilir Timur meliputi kawasan mulai dari Tengkuruk sampai RS Charitas – Lorong Pagar Alam – Jalan Talang Betutu – 16 Ilir – Kepandean – Sungai Jeruju – Boom Baru – Kenten. Pertempuran pertama terjadi pada hari Rabu 1 Januari 1947. Belanda melancarkan serangan dan tembakan yang terus menerus diarahkan ke lokasi pasukan RI yang ada di sekitar RS Charitas. RS Charitas berada di tempat yang strategis karena berada di atas bukit sehingga menjadi basis pertahanan yang baik bagi Belanda. Daerah Front Seberang Ilir (RS Charitas) menjadi tanggung jawab dari Komandan Resimen Mayor Dani Effendi. Basis strategi pertahan di Front Seberang Ilir Timur terutama berlokasi di depan Masjid Agung, simpang tiga Candi Walang, Pasar Lingkis (sekarang Pasar Cinde), Lorong Candi Angsoko dan di Jalan Ophir (sekarang Lapangan Hatta).

Dibawah pimpinan Mayor Dani Effendi, Pasukan TRI melancarkan serangan ke Rumah Sakit Charitas dan daerah di Talang Betutu. Serangan ini dilakukan bersama dengan satu kompi dan Batalyon Kapten Animan Akhyat yang bertahan di simpang Jalan Talang Betutu (Perwiranegara, 1987: 67). Tujuan serangan ini adalah untuk memblokir bantuan Belanda yang datang dari arah Lapangan Udara Talang Betutu menuju arah Palembang dan menghalangi hubungan antara pusat pertahanan Belanda di RS Charitas dengan Benteng.
Pada sore harinya, pihak Belanda telah mengerahkan pasukan tank dan panser untuk menerobos pertahanan dan barikade Pasukan TRI di sepanjang Jalan Tengkuruk. Mereka kemudian berhasil menduduki Kantor Pos dan Kantor Telepon melalui perlawanan yang seru dari Pasukan TRI. Dengan berhasilnya Belanda menduduki Kantor Telepon, maka hubungan melalui alat komunikasi menjadi terputus secara total. Setelah itu, belanda memperluas gerakannya hingga menduduki Kantor Residen dan Kantor Walikota. Pasukan TRI yang berada di daerah tersebut mengundurkan diri ke Jalan Kebon Duku dan Jalan Kepandean sedangkan di RS Charitas, kekuatan Belanda semakin terdesak karena serangan dari Pasukan TRI.

Upaya Menghadapi Serangan Belanda Pada Pertempuran 5 Hari 5 Malam di Palembang

Pada pertempuran hari kedua, konsentrasi pasukan terutama diarahkan terhadap pasukan dan pertahan Belanda di RS Charitas. Namun, Belanda berhasil menerobos lini Talang Betutu setelah terlebih dahulu berhadapan dengan Lettu Wahid Uddin bersama Kapten Anima Achyat. Belanda telah memperkuat tempat-tempat yang telah mereka kuasai, terutama di depan Masjid Agung. Sementara itu, kapal-kapal perang (korvet) Belanda mulai hilir mudik di Sungai Musi sambil menembakan peluru mortirnya kesegala arah. Secara spontanitas, rakyat dan pemuda di dalam kota dan luar kota turut serta bertempur melawan Belanda.

Mobilisasi umum di kalangan masyarakat agraris-tradisional terus berlangsung untuk menghadapi Belanda. Melihat kemajuan-kemajuan dipihak kita, Belanda pun segera mengadakan pengintaian, bahkan melakukan tembakan dari udara terhadap kereta api yang membawa bahan makanan, bantuan dari Baturaja, Lubuk Linggau, dan Lahat. Rakyat yang berada di Front Seberang Ilir menjadi sangat menderita karena keterbatasan kesediaan pangan akibat Sungai Musi dikuasai Belanda dan penembakan kereta api.

Oleh karena lokasi Markas Besar Staf Komando Divisi II tidak lagi aman, maka dipindahkan dari Sungai Jeruju ke daerah Kenten, tepatnya di Jalan Duku. Hal ini disebabkan karena Belanda terus-menerus melakukan pengintaian dan pengeboman terhadap markas-markas Pasukan TRI/Lasykar. Keberhasilan pengeboman jarak jauh yang dilakukan Belanda tidak terlepas dari peranan para pengintai atau mata-mata.
Ternyata dalam pemeriksaan dan interogerasi yang dilaksanakan, memberi banyak petunjuk bahwa pihak Belanda secara licik menggunakan warga kota keturunan Tionghoa sebagai informan mereka, disamping sebagai pelayan kegiatan ekonomi bagi kepentingan Belanda.

Kapten Alamsyah Ratu Perwiranegara menilai bahwa kasus mata-mata ini sangat sensitif, ia segera memerintahkan Letnan Dua Asmuni Nas untuk merazia dan menyita semua telepon yang digunakan oleh keturunan Tionghoa di sepanjang Pasar 16 Ilir.

Pertempuran hari ketiga berlangsung pada hari Jum’at, tanggal 3 Januari 1947. Saat itu, Kolonel Mollinger memerintahkan angkatan perangnya (Darat, Laut, dan Udara) untuk menghancurkan semua garis pertahanan Pasukan TRI/Lasykar. Ini menunjukan terjadinya konsep perang tiga matra yang dilakukan Belanda di Palembang.

Berdasarkan perintah tersebut, maka konvoi kendaraan berlapis baja keluar dari Benteng menuju RS Charitas menerobos Jalan Tengkuruk, melepaskan tembakan di sekitar Masjid Agung dan Markas BPRI. Gerakan penerobosan Belanda ke Charitas itu dihambat oleh pasukan kita yang berada di Pasar Cinde dengan ranjau-ranjau, manun gagal karena ranjau-ranjau tersebut gagal meledak. Akibatnya Pasar Lingkis (Cinde) dapat dikuasai oleh musuh. Tapi, sore harinya pasar itu dapat dikuasai kembali oleh pasukan kita (Resimen XVII). Senjata dan amunisi yang dimiliki pasukan RI jumlahnya terbatas, dan sebagian besar senjata yang digunakan oleh pasukan kita banyak yang telah tua (out of date) sebagai hasil rampasan dari serdadu Jepang (Abdullah, 1996: 43). Sampai hari ketiga, keadaaan Palembang sebenarnya sudah parah. Hampir seperlima kota telah hancur terkena serangan bom dan peluru mortir Belanda.

Upaya Menghadapi Serangan Belanda Pada Pertempuran 5 Hari 5 Malam di Palembang


Upaya Menghadapi Serangan Belanda Pada Pertempuran 5 Hari 5 Malam di Palembang

Image: palembangtempodulu.multiply.com

Kehancuran Kota Palembang karena bom-bom Belanda tersebut ditambah lagi dengan adanya aksi bumi hangus, seperti jembatan kayu di 24 Ilir, atas perintah Kepala Pertahanan Divisi II, Kapten Alamsyah. Pembongkaran ini dimaksudkan agar jembatan tidak digunakan oleh Belanda untuk menerobos dari arah Bukit Kecil menuju Charitas. Bahka, perintah yang benar-benar ditakuti Belanda adalah “aksi bumi hangus Plaju dan Sungai Gerong.”

Pada pertempuran hari keempat (4 Januari 1947), Belanda menfokuskan pertahanan di Plaju. Sehingga pasukan Mayor Dani Effendi berhasil memanfaatkan situasi tersebut untuk menguasai Charitas dan sekitarnya. Akibatnya pasukan Belanda mulai terdesak. Pasukan TRI berhasil mendekati gudang amunisi di RS Charitas dan menembak serdadu Belanda yang berusaha mendekati gudang tersebut.
Pada 5 Januari 1947, pihak Belanda dapat menguasai beberapa tempat dengan bantuan kapal-kapal perang yang hilir mudik di Sungai Musi dan pesawat terbang yang menjatuhkan bom-bom ke arah posisi Pasukan TRI. Namun demikian pasukan Belanda mengalami hal yang sama dengan Pasukan TRI yaitu letih, kurang tidur dan merasa stress, sedangkan Pasukan TRI telah banyak menderita kerugian baik dari materi ataupun yang gugur dan luka-luka

Front Seberang Ilir Barat meliputi kawasan mulai dari 36 Ilir yaitu meliputi Tangga Buntung – Talang – Bukit Besar – Talang Semut – Talang Kerangga – Emma Laan – Sungai Tawar – Sekanak – Benteng.
Markas Batalyon 32 Resimen XV Divisi II dipimpin Makmun Murod yang berda di Front Seberang Ilir Barat, yaitu di Sekanak. Komandan Resimen XV dan Komandan Batalyon 32/XV beserta para perwira yang berada di markas, sibuk mengatur pertahanan dan merencanakan untuk menyerang benteng-benteng pertahanan Belanda. Suara tembakan yang saling bersahutan sudah semakin gencar diselingi oleh dentuman senjata-senjata berat yang ditembakan dari pos-pos dan gedung-gedung pertahanan Belanda ke arah kubu pertahana Pasukan TRI dan barisan pertahanan rakyat.

Pada pertempuran yang terjadi pada tanggal 1 Januari 1947, pasukan-pasukan disekitar belakang Benteng mulai terdesak lalu mengundurkaan diri ke sekitar Jalan Kelurahan Madu dan Jalan Kebon Duku. TRI/Lasykar yang berlokasi di Bukit terpaksa mengubah taktik yaitu memencarkan diri masuk ke kampung-kampung di sekitar Bukit Siguntang dan sekitarnya. Tindakan ini dilakukan untuk mencegah pasukan Belanda yang akan menerobos ke 35 Ilir. Karena apabila pasukan Belanda yang akan beroperasi di 36 Ilir, Suro, 29 Ilir dan Sekanak akan terkepung. Usaha pasukan TRI dibawah pimpinan Mayor Surbi Bustam dilakukan untuk menyerang Gedung BPM Handelszaken. Serangan ini dibantu oleh Kapten Makmun Murod, Letnan Satu Asnawi Mangkualam dan Kapten Riyacudu. Dalam pertempuran tersebut, seorang prajurit yang diketahui pemuda keturunan Tionghoa, Sing, tertembak dan gugur. Belanda dengan menggunakan kendaraan berlapis baja dan persenjataan modern berhasil menguasai Kantor Pos, Kantor Telegraf, Kantor Residen, Kantor Walikota dan di sekitar Jalan Guru-guru di 19 Ilir.

Secara keseluruhan, pertempuran pada hari pertama tersebut, inisiatif sepenuhnya berada di tangan Pasukan TRI dan pejuang. Belanda dengan segala kemampuannya berusaha mempertahankan pos-pos pertahanan dan kedudukannya sambil terus malancarkan tembakan-tembakan ke arah pasukan yang menyerang. Pasukan Belanda boleh dikatakan tidak berani keluar dari kubu pertahannya, terutama yang berkududkan di Seberang Ilir, karena gencarnya serangan Pasukan TRI dan Lasykar. Pasukan Belanda hanya membalas tembakan dari tempat perlindungan, dengan memuntahkan peluru mortir dan dengan tembakan howitzer untuk sasaran jarak jauh.

Belanda menerapkan sistem pertahanan saling dukung antar pos-pos mereka. Jika satu tempat pertahanan terkepung oleh Pasukan TRI, maka dalam waktu singkat mendapat bantuan dari kubu pertahanan Belanda lainnya. Bantuan sering berupa tembakan, mortir atau howitzer atau dukungan tembakan dari kapal perang De Ruiter. Kapal perang Belanda memang hilir mudik di Sungai Musi, khususnya jenis korvet.
Pada pertempuran hari kedua, Belanda menembakan mortirnya dengan membabibuta ke arah Sekanak sampai ke Tangga Buntung. Tujuan utama adalah menembaki markas batalyon dan pos-pos pertahanan TRI dan rakyat yang terdapat antara Sekanak sampai Tangga Buntung. Tidak dapat dihindari lagi peluru tersebut telah mengenai daerah pemukiman penduduk. Gencarnya tembakan yang dilakukan Belanda dari benteng pertahanan dan dan pesawat udara pada 2 Januari 1947 menyebabkan Staf Komando Batalyon 32/XV oleh Mayor Zurbi Bustam bersama Kapten Makmun Murod dipindahkan ke Talang. Daerah Suro dan Talang Kerangga pada saat itu tidak luput dari serangan musuh.

Dengan dorongan semangat dan do’a, Pasukan TRI tetap berusaha untuk mempertahankan diri. Penambahan pasukan terjadi melalui Batalyon Ismail Husin dari Lampung yang berhasil menyeberang melalui Tangga Buntung. Rakyat atau penduduk sipil pun ikut serta memberikan bantuan tenaga. Keterbatasan senjata tidak membuat pasukan kita menyerah. “molotov” adalah bensin yang dimasukan ke dalam botol dicampur dengan karet untuk kemudian diberi sumbu memjadi alat yang sangat efisien. Kapten Alamsyah memerintahkan Sersan Mayor M. Amin Suhud untuk mencuri persediaan bensin Belanda yang akan digunakan untuk membuat bom molotov. Sersan Mayor M. Amin Suhud mendapatkan bensin. Kesulitan bahan makanan dialami oleh Front Seberang Ilir Barat karena blokade yang dilakukan oleh Belanda. Dalam kondisi demikian, bantuan bahan makanan dari dapur umum di garis belakang yang dikirim ibu-ibu dan remaja puteri sangat berarti. Begitu pula peran anggota Palang Merah Indonesia (PMI) dan PPI (Pemuda Puteri Indonesia) yang mengurus korban pertempuran dan mengurus bahan makanan.

Pada hari ketiga, pertempuran tiga matra yang dilakukan oleh Belanda semakin aktif, setelah dikeluarkan perintah oleh Kolonel Mollinger untuk menghancurkan garis pertahanan RI di Emma Laan (Jalan Kartini) dan Sekolah MULO Talang Semut. Pasukan TRI yang dibawah pimpinan Letda Ali Usman berhasil menghancuran sekitar 3 regu Pasukan Belanda yaitu Pasukan Gajah Merah (Perwiranegara, 1987: 75). Belanda tidak tinggal diam, segera membalas serangan di Emma Laan. Sehingga pada pertempuran hari keempat, Sabtu tanggal 4 Januari 1947, Pasukan TRI/Lasykar terdesak sehingga mundur ke arah Kebon Gede,Talang dan Tangga Buntung.

Sebagai resiko perjuangan dari bangsa yang baru merdeka, maka setiap gerakan pasukan musuh berakibat pada pemindahan dislokasi pasukan. Walaupun situasi pertempuran selalu dilaporkan kepada komando pertempuran. Namun laporan tersebut mengalami keterlambatan akibat sulitnya hubungan komunikasi.
Pada hari kelima pertempuran di Front Seberang Ilir Barat terus berlangsung, walaupun Pasukan TRI/Lasykar dan rakyat mulai menampakkan keletihan dan pengiriman makanan dari dapur umum mulai tidak teratur lagi akibat blokade Belanda. Sebenarnya blokade ini juga berdampak pada pihak Belanda juga karena bahan makanan dari luar kota sulit masuk ke Kota Palembang.

Front Seberang Ulu meliputi kawasan mulai dari 1 Ulu Kertapati sampai Bagus Kuning, selanjutnya meliputi kawasan Plaju – Kayu Agung – Sungai Gerong. Untuk tanggung jawab pertahanan dan keamanan di daerah Palembang Ulu dibebankan kepada Batalyon 34 Resimen XV dengan Komandan Batalyon Kapten Raden Mas yang bermarkas si sekolah Cina 7 Ulu (sekarang SHD), yang melakukan perlawanan di Kertapati sampai Plaju.

Pada awal pertempuran tanggal 1 Januari 1947, tembakan mortir dari pasukan Belanda yang dberada di Bagus Kuning, Plaju dan Sungai Gerongterus ditujukan ke markas batalyon yang dipimpin Kapten Raden Mas. Namun demikian, kapal perang Belanda yang berada di Boom Plaju atau Sungai Gerong belum dapat bergerak leluasa, karena dihambat oleh pasukan ALRI di Boom Baru.

Upaya Menghadapi Serangan Belanda Pada Pertempuran 5 Hari 5 Malam di Palembang
          Image : palembangtempodulu.multiply.com

Lokasi di perairan Sungai Musi sebelum pertempuran merupakan salah satu tempat berlangsungnya aktivitas perekonomian. Namun ini berbeda pada hari pertama pertempuran. Motorboat milik Belanda melaju dari arah Plaju menuju Boom Yetty yang diduga membawa bahan persenjataan pasukan Belanda, Pasukan TRI berusaha menyerang namun tidak berhasil.

Kompi I yang berkedudukan di Jalan Bakaran Plaju, dipimpin Lettu Abdullah di Jalan Kayu Agung dan Sungai Bakung diberi tugas untuk menghadapi Belanda. Begitu juga Kompi II yang dipimpin Letda Sumaji bertugas menghadapi Belanda di Bagus Kuning dan Sriguna, sedangkan Kompi II dibawah pimpinan Letda Z. Anwar Lizano bertugas menghadapi Belanda di pinggir Sungai Musi yang letaknya sejajar dengan Boom Yetty sampai Pasar 16 Ilir. Pertempuran yang telah terjadi menimbulkan semangat patriotisme di kalangan pasukan TRI. Bantuan pasukan segara menuju Palembang. Letkol Harun Sohar telah melepaskan pemberangkatan pasukan menuju Kertapati dan Lahat dengan menggunakan kereta api.

Kelelahan pasukan Belanda dimanfaatkan oleh Letnan Dua S. Sumaji yang merencanakan serbuan dini hari, pada tanggal 2 Januari 1947. Pasukannya dibantu dari Lasykar Pesindo, Napindo dan Hizbullah. penyerbuan tersebut membuahkan hasil. Pasukan TRI/Lasykar dapat menguasai gudang-gudang persenjataan musuh, sedangkan pasukan Belanda mengundurkan diri ke kapal-kapal perang mereka. Bendera Belanda si tiga warna yang terpancang di depan asrama telah diturunkan, kemudian dirobek warna birunya dan dinaikkan kembali dengan keadaan si Dwiwarna, Sang Saka Merah Putih. Namun kemenangan ini tidak berlangsung lama pasukan Belanda kemudian melepaskan tembakan-tembakan mortir ke arah kedudukan Pasukan TRI/Lasykar.

Setelah Komandan Mollinger mengeluarkan perintah kepada seluruh unsur kekuatan darat, laut dan udara. Belanda untuk meningkatkan gempuran dan berusaha menerobos setiap garis pertahanan TRI dan badan-badan perjuangan rakyat. Pewasat-pesawat terbang dan kapal-kapal perang Belanda semakin menggiatkan aksinya, terutama di daerah-daerah yang menjadi tempat bertahan pasukan-pasukan TRI yang berada di Seberang Ulu dan Ilir. Kapal perang jenis korvet menembakan mesin kesepanjang Sungai Musi terutama di pos-pos pertahanan RI, terutama yang berlokasi di sekitar 7 Ulu.

Upaya Menghadapi Serangan Belanda Pada Pertempuran 5 Hari 5 Malam di Palembang

Akibatnya Pasukan TRI dan Lasykar terpaksa membalas dengan menggunakan senjata bekas persenjataan Jepang, yaitu meriam pantai milik kompi III Batalyon 34 di 7 Ulu di tepi Sungai Musi. Dengan menggunakan senjata seperti itu, pasukan Hizbullah dibawah pimpinan Letkol (Lasykar) M. Ali Thoyib berhasil menembak sebuah motorboat Belanda yang sedang mengangkat amunisi milik Belanda dari Plaju menuju ke Benteng. Serangan terhadap motorboat Belanda mengakibatkan kemarahan pasukan Belanda. Mereka membalas dengan mengirim pesawat Mustang dan secara terus-menerus menhujani basis pasukan di 7 Ulu dengan tembakan bertubi-tubi selama dua jam. Hal ini menimbulkan korban yang besar di kalangan Pasukan TRI/Lasykar dan rakyat. Bantuan terhadap pasukan Front Seberang Ulu datang dari Lahat dan Baturaja dikirim ke Bagus Kuning.

Pada tanggal 4 Januari 1947 di Front Seberang Ulu pasukan Belanda semakin memperhebat tekannya terhadap pasukan RI sehingga pasukan TRI yang berada di Bagus Kuning mengundurkan diri ke 16 Ulu. Kapal-kapal perang Belanda melakukan patroli mulai dari perairan Sungai Gerong di bagian Hilir sampai ke perairan Kertapati, Keramasan di bagian Hulu. Pada hari kelima, tanggal 5 Januari 1947, pasukan kita dalam keadaan lelah, sekalipun hal itu tidak mengendorkan semangat perjuangan.

Upaya Perundingan dan Pengakhiran Pertempuran

Sejak tanggal 4 Januari 1947 di Kota Palembang telah menerima kedatangan Kapten A.M. Thalib, utusan Panglima Divisi II Bambang Utoyo, yang mengabarkan tentang keinginan Mollinger untuk berunding. Ternyata Gubernur Muda telah menerima berita dari Jakarta lewat telegram yang diterima oleh pemancar darurat dibawah pimpinan Herry Salim, bahwa akan datang ke Palembang secepatnya Dokter Adnan Kapau Gani sebagai utusan pemerintah pusat untuk melakukan perundingan gencatan senjata dengan pihak Belanda.
Perundingan ini dilakukan oleh pihak RI dikarenakan ada kepentingan strategis dengan alasan:

  • pertama, mencegah korban lebih banyak
  • kedua, kita perlu mengadakan konsolidasi kekuatan kembali
  • ketiga, dari segi politis akan memberikan gambaran kepada dunia internasional bahwa RI cinta perdamaian, sekaligus menegaskan bahwa pemerintah pusatnya dipatuhi oleh daerah-daerahnya. Perhitungan yang melandasi berunding dari pihak RI adalah berdasarkan:
  • Pertama, perjuangan kemerdekaan akan memakan waktu cukup lama, mungkin bertahun-tahun.
  • Kedua, hampir 60% pasukan RI di Sumatera Selatan berada di Kota Palembang, bila sampai bertempur habis-habisan akan memperlemah kekuatan pada masa selanjutnya.
  • Setelah itu, ditetapkan tiga orang delegasi yang melakukan pejajakan perundingan. Mereka adalah dr. M. Isa, Gubernur Muda yang mewakili Pemerintah Sipil; Mayor M. Rasyad Nawawi, Kepala Staf Divisi Garuda II yang mewakili pasukan-pasukan dari Komando Pertempuran dan Komisaris Besar Polisi, Mursoda, yang mewakili Kepolisian (Perikesit, 1995: 69) Perundingan antara RI – Belanda dilaksanakan pada tanggal 5 Januari 1947, di Rumah Sakit Charitas. Formasi delegasi pun ditambah dengan Kolonel Bambang Utoyo, Komandan Divisi Garuda II, yang ditunjuk sebagai Ketua dan Mayor Laut A.R. Saroingsong. Pertemuan dengan pihak Belanda sebenarnya telah mereka nanti-nantikan, sebab posisi Belanda benar-benar terjepit dan belum bisa mengadakan link up. Mereka masih terkurung dalam kubu per kubu yang terpisah satu sama lainnya.

    Dalam perundingan tersebut pihak Belanda menuntut Kota Palembang dikosongkan dari seluruh pasukan TRI. Namun hal itu ditolak oleh delegasi RI. Pihak RI bersedia menarik TRI dan Lasykar dari kota, tapi ALRI, Kepolisian dan Pemerintahan Sipil tetap berada di dalam kota. Dengan alasan bahwa ALRI tidak mempunyai hubungan dengan Angkatan Darat. Adapun maksud tersembunyi adalah Pasukan ALRI yang tinggal di Kota Palembang akan menjadi penghubung dan mata-mata, disamping Polisi dan Pemerintahan Sipil, guna mengawasi kegiatan Belanda.

    Upaya Menghadapi Serangan Belanda Pada Pertempuran 5 Hari 5 Malam di Palembang

    Akhirnya Pertempuran Lima Hari Lima Malam diakhiri dengan gencatan senjata (cease fire) antara kedua belah pihak, dimana TRI/Lasykar harus kelur dari Kota Palembang sejauh 20 Kilometer kecuali Pemerintah Sipil RI dan ALRI masih tetap berada di dalam kota. Sedangkan pos-pos Belanda hanya boleh sejauh 14 Km dari pusat kota. Jalan raya di dalam kota dijaga pasukan Belanda dengan rentang wilayah 3 Km ke kiri dan kanan jalan. Hasil perundingan ini selanjutnya segera disampaikan ke markas besar TRI di Yogyakarta.

    Pertempuran Lima Hari Lima Malam merupakan upaya yang dilakukan Pasukan TRI, Lasykar dan Rakyat untuk mempertahankan kemerdekaan di Kota Palembang. Dalam pertempuran itu, pihak lawan menguasai udara dan perairan (air and sea superioritary). Karena superioritas itulah mereka dapat bertahan dan disinilah pula terletak kelemahan kita serta tidak mempunyai perhubungan yang modern.

    Pertempuran Lima Hari Lima Malam di Palembang merupakan pertempuran tiga matra dan perang terbesar dan terlengkap yang pertama kali kita alami. Namun pihak kita hingga akhir pertempuran masih dapat bertahan berkat semangat pengorbanan jiwa, jihad dan patriotisme yang besar dari para pejuang dan rakyat.

    Boom-Baroe-Palembang-Kota-Baroe-legt-aan-mrt-47er-werd-gebedeld

    maar-het-leven-hernam-zijn-gewone-gangMen-had-honger-

    palembansumatra-palembang-verwoestingen-januari-1947


    Ziekenwagen 
     
    Sumber :  http://etnics.blogspot.com/2015/08/perang-palembang-di-awal-kemerdekaan.html

    Arsip Blog

    Visitor

    Popular Posts

    Donate To Me On Paypal

    https://www.paypal.me/riyanto1971