Minggu, 29 September 2013


Dehidrasi bisa terjadi pada siapa saja, orang tua, anak anak, remaja dan dewasa. Dehidrasai adalah kondisi dimana tubuh kita banyak kehilangan air dan elektrolit (sodium, klorida, kalium). Elemen ini sungguh sangat dibutuhkan bagi tubuh kita agar dapat menjalankan fungsinya serta baik untuk kesehatan. Mungkin anda sudah tahu pula bahwa penyebab utama dehidrasi itu secara umum disebabkan karena seseorang kurang minum cukup air putih.

Untuk mengetahui tubuh mengalami dehidrasi atau kekurangan cairan, cukup melihat gejala ringannya. Ciri ciri dan gejala tubuh mengalami dehidrasi antara lain :

1. Mulut Kering. Jika mulut anda terasa kering bisa jadi anda dehidrasi. Tapi biasanya juga mulut kering karena pengaruh efek samping obat-obatan yang dikonsumsi.

2. Sakit Kepala. Jika anda kurang minum maka kepala akan terasa sakit ditambah dengan rasa letih yang luar biasa. Cobalah minum air yang cukup hingga sakit kepala anda hilang.

3. Warna Urin Keruh. Jika anda dehidrasi maka warna air kencing anda akan berwarna keruh, kuning atau cokelat gelap. Cobalah minum air segera jika warna urin anda keruh.

4. Pusing. Pusing memang banyak penyebabnya. Bisa karena efek obat atau mengantuk. Namun jika anda merasa pusing disertai nyeri punggung dan pundak itu tandanya anda dehidrasi.

5. Lapar. Anda merasa lapar terus-menerus dan bila anda terlebih dahulu meminum air dan kemudian terasa lapar anda hilang, maka itu artinya anda hanya haus karena kurang minum.

6. Mengantuk. Lesu dan mengantuk adalah bisa jadi tanda Anda tidak minum cukup air. Ini cara tubuh melambat untuk menghemat air. Sebagai rekomendasi, minum air dingin perlahan dan lihat apakah Anda kembali segar.

7. Kulit Kering. Jika Anda merasa sudah sering menggunakan pelembab kulit, namun tetap bersisik dan kering, mungkin hal itu disebabkan oleh dehidrasi. Ingat, kulit yang sehat adalah kulit yang lembab.

8.Detak Jantung Meningkat. Jantung berdetak cepat dan berdebar merupakan salah satu tanda yang paling menakutkan dari dehidrasi. Kebanyakan orang dewasa memerlukan antara sekitar 2 liter air atau lebih setiap hari tergantung dari aktivitas, berat dan tinggi badan, serta gaya hidup.

9. Rasa haus. Tentu saja ini gejala yang paling logis dari dehidrasi. Minumlah ketika Anda merasa haus atau merasa belum mencukupi kebutuhan air harian. Namun, jika Anda merasa sudah minum cukup air namun masih sering haus, bisa jadi itu tanda diabetes.

Semoga bermanfaat.

Kamis, 26 September 2013

Pernah nonton film western? yang paling seru jika film Cowboy lagi perang melawan suku indian, entah itu film Rin Tin Tin, atau film cowboy lainnya. Mungkin kita cuma tahu dari dandananya kalau itu suku indian amerika, tapi mungkin kita tidak begitu paham berapa banyak suku indian yang ada di benua amerika. Pada postingan ini admin Cybermales coba kumpulkan beberapa nama suku indian yang ada di amerika, khususnya amerika utara karena disini paling banyak suku indiannya.

Suku Indian, adalah manusia yang pertama sekali hidup di Benua Amerika. Menurut para pakar anthropologi dan pakar bahasa, bahwa suku Indian ini telah ada sejak lebih dari 20.000 tahun lalu. Diperkirakan karena mengikuti atau mencari hewan buruan, di saat mereka melewati selat kecil bernama Selat Bering, yang dahulunya adalah tanah genting, yang saat ini menjadi pemisah titik paling timur Benua Asia dan titik paling barat Benua Amerika). Tanah genting itu sudah tenggelam karena naiknya permukaan air laut dan kini menjadi Selat Bering. Dugaan ini dilandaskan pada kenyataan bahwa tidak pernah ditemukan fosil cikal-bakal manusia purba di benua Amerika.

Setelah menyeberang, mereka tidak kembali ke daerah asalnya dan membangun pemukiman, menetap dan berkembang menjadi masyarakat yang besar. Tetapi terjadi konflik di antara mereka dan juga beberapa bencana alam yang memisahkan mereka menjadi berbagai kelompok kecil-kecil yang akhirnya tersebar di berbagai belahan benua Amerika. Beberapa kelompok mereka yang tersebar berhasil membangun peradaban yang hebat, sedangkan yang lain tetap bertahan dalam pola hidup primitif.


Istilah Indian sendiri, berawal dari kedatangan bangsa Eropa pada abad 16, yang ketika bertemu dengan dengan penduduk asli, dan mengira mereka tiba di India (Asia), dan secara keliru mereka menyebut penduduk asli di benua Amerika ini sebagai "orang India" atau "Indian".
Jijka ingin mengetahui nama tempat di amerika yang menggunakan nama dari suku indian silahkan baca postingan sebelumnya atau  Klik Disini

Bangsa Eropa menginginkan wilayah ini untuk dijadikan sebagai pemukiman kedua setelah benua Eropa. Maka terjadilah berbagai konflik antara bangsa Eropa dengan penduduk Asli Amerika yang disebut sebagai Indian. Bangsa Eropa datang dengan budaya yang lebih maju, serta dengan persenjataan yang lebih hebat, maka sia-sia lah perlawanan bangsa Indian, yang membuat mereka semakin tergusur ke pedalaman hutan dan gurun di Amerika.

Bangsa Indian termasuk ras Mongoloid dengan ciri-ciri rambut hitam lurus, kulit coklat kemerah-merahan, mata hitam, tubuh tidak banyak berbulu, tulang pipi menonjol, dan wajah pada umumnya lebar.

Budaya dan bahasa orang Indian berbeda-beda antara satu kawasan dengan kawasan yang lain. Ada yang memiliki peradaban tinggi seperti yang terlihat dari peninggalan suku Aztec dan Inca dan ada pula yang memiliki budaya sangat primitif. Begitupun dalam hal bahasa, sangat beragam.

Di Amerika bagian tengah dan selatan yang lazim disebut Amerika Latin terjadi percampuran darah Indian dan kulit-putih, terutama Spanyol dan Portugis, sudah berlangsung sejak ratusan tahun.
Keturunan campuran ini yang disebut mestis kini merupakan mayoritas penduduk negara-negara Amerika Tengah seperti Honduras, Nikaragua dan El Salvador. Di Amerika Selatan, negara-negara yang mayoritas penduduknya campuran Indian dan pendatang adalah: Venezuela, Colombia, Ecuador, Peru dan Bolivia.

Kegiatan penginjilan berkembang dengan baik oleh para penginjil Spanyol dan Portugis ratusan tahun yang lalu. Mayoritas keturunan Indian dan campuran di kedua wilayah ini telah memeluk agama Kristen Katolik dan Kristen Protestan. Tetapi sebagian kecil suku Indian yang hidup terpencil masih menganut animisme. Suku suku Indian yang ada di Amerika :
    A'ananin (Aane),
    Abenaki (Abnaki, Abanaki, Abenaqui),
    Absaalooke (Absaroke),
    Achumawi (Achomawi),
    Acjachemen,
    Acoma,
    Agua Caliente,
    Adai,Ahtna (Atna),
    Ajachemen,
    Akimel O'odham,
    Akwaala (Akwala),
    Alabama-Coushatta,
    Aleut,
    Alutiiq,
    Algonquians (Algonkians) ,
    Algonquin (Algonkin),
    Alliklik,
    Alnobak (Alnôbak, Alnombak),
    Alsea (Älsé, Alseya),
    Andaste,
    Anishinaabe (Anishinabemowin,
    Anishnabay),
    Aniyunwiya,
    Antoniaño,
    Apache,
    Apalachee,
    Applegate,
    Apsaalooke (Apsaroke),
    Arapaho (Arapahoe),
    Arawak,
    Arikara,
    Assiniboine,
    Atakapa,
    Atikamekw,
    Atsina,
    Atsugewi (Atsuke),
    Araucano (Araucanian),
    Avoyel (Avoyelles),
    Ayisiyiniwok,
    Aymara,
    Aztec

    Babine,
    Bannock,
    Barbareño,
    Bari,
    Bear River,
    Beaver,
    Bella Bella,
    Bella Coola,
    Beothuks (Betoukuag),
    Bidai,
    Biloxi,
    Black Carib,
    Blackfoot (Blackfeet),
    Blood Indians,
    Bora

    Caddo (Caddoe),
    Cahita,
    Cahto,
    Cahuilla,
    Calapooya (Calapuya, Calapooia),
    Calusa (Caloosa),
    Carib,
    Carquin,
    Carrier,
    Caska,
    Catawba,
    Cathlamet,
    Cayuga,
    Cayuse,
    Celilo,
    Central Pomo,
    Chahta,
    Chalaque,
    Chappaquiddick (Chappaquiddic, Chappiquidic),
    Chawchila (Chawchilla),
    Chehalis,
    Chelan,
    Chemehuevi,
    Cheraw,
    Cheroenhaka (Cheroenkhaka, Cherokhaka),
    Cherokee,
    Chetco,
    Cheyenne (Cheyanne),
    Chickamaugan,
    Chickasaw,
    Chilcotin,Chilula-Wilkut,
    Chimariko,
    Chinook,
    Chinook Jargon,
    Chipewyan (Chipewyin),
    Chippewa,
    Chitimacha (Chitamacha),
    Chocheno,
    Choctaw,
    Cholon,
    Chontal de Tabasco (Chontal Maya),
    Choynimni (Choinimni),
    Chukchansi,
    Chumash,
    Clackamas (Clackama),
    Clallam,
    Clatskanie (Clatskanai),
    Clatsop,
    Cmique,
    Coastal Cree,
    Cochimi,
    Cochiti,
    Cocopa (Cocopah),
    Coeur d'Alene,
    Cofan,
    Columbia (Columbian),
    Colville,
    Comanche,
    Comcaac,
    Comox,
    Conestoga,
    Coos (Coosan),
    Copper River Athabaskan,
    Coquille,
    Cora,
    Coso,
    Costanoan,
    Coushatta,
    Cowichan,
    Cowlitz,
    Cree,
    Creek,
    Croatan (Croatoan),
    Crow,
    Cruzeño,
    Cuna,
    Cucupa (Cucapa),
    Cupeño (Cupa),
    Cupik (Cu'pik, Cuit)

    Dakelh,
    Dakota,
    Dakubetede,
    Dawson,
    Deg Xinag (Deg Hit'an),
    Delaware,
    Dena'ina (Denaina),
    Dene,
    Dene Suline (Denesuline),
    Dene Tha,
    Diegueno,
    Dine (Dineh),
    Dogrib,
    Dohema (Dohma),
    Dumna,
    Dunne-za (Dane-zaa, Dunneza),

    Eastern Inland Cree,
    Eastern Pomo,
    Eel River Athabascan,
    Eenou (Eeyou),
    Eskimo,
    Esselen,
    Etchemin (Etchimin),
    Euchee,
    Eudeve (Endeve),
    Excelen,
    Eyak

    Fernandeno (Fernandeño),
    Flathead Salish,
    Fox

    Gabrielino (Gabrieleño),
    Gae,
    Gaigwu,
    Galibi,
    Galice,
    Garifuna,
    Gashowu,
    Gitxsan (Gitksan),
    Gosiute (Goshute),
    Gros Ventre,
    Guarani,
    Guarijio (Guarijío),
    Gulf,
    Gwich'in (Gwichin, Gwitchin),

    Haida,
    Haisla,
    Halkomelem (Halqomeylem),
    Hän (Han Hwech'in),
    Hanis,
    Hare,
    Hatteras,
    Haudenosaunee,
    Havasupai,
    Hawaiian,
    Heiltsuk,
    Heve,
    Hiaki,
    Hichiti (Hitchiti),
    Hidatsa,
    Hocak (Ho-Chunk, Hochunk),
    Holikachuk,
    Homalco,
    Hoopa,
    Hopi,
    Hopland Pomo,
    Hualapai,
    Huelel,
    Huichol,
    Huichun,
    Hupa,
    Huron

    Illini (Illiniwek, Illinois),
    Inca,
    Ineseño (Inezeño),
    Ingalik (Ingalit),
    Innoko,
    Innu,
    Inuktitut (Inupiat, Inupiaq, Inupiatun),
    Iowa-Oto (Ioway),
    Iroquois Confederacy,
    Ishak,
    Isleño,
    Isleta,
    Itza Maya (Itzah),
    Iviatim,
    Iynu

    James Bay Cree,
    Jemez,
    Juaneno (Juaneño),
    Juichun

    Kabinapek,
    Kainai (Kainaiwa),
    Kalapuya (Kalapuyan, Kalapooya),
    Kalina (Kaliña),
    Kanenavish,
    Kanien'kehaka (Kanienkehaka),
    Kalispel,
    Kansa (Kanza, Kanze),
    Karankawa,
    Karkin,
    Karok (Karuk),
    Kashaya,
    Kaska,
    Kaskaskia,
    Kathlamet,
    Kato,
    Kaw,
    Kenaitze (Kenai),
    Keres (Keresan),
    Kichai,
    Kickapoo (Kikapu),
    Kiliwa (Kiliwi),
    Kiowa,
    Kiowa Apache,
    Kitanemuk,
    Kitsai,
    Klahoose,
    Klallam,
    Klamath-Modoc,
    Klatskanie (Klatskanai),
    Klatsop,
    Klickitat,
    Koasati,
    Kolchan,
    Konkow (Konkau),
    Konomihu,
    Kootenai (Ktunaxa, Kutenai),
    Koso,
    Koyukon,
    Kuitsh,
    Kulanapo (Kulanapan, Kulanapa),
    Kumeyaay (Kumiai),
    Kuna,
    Kupa,
    Kusan,
    Kuskokwim,
    Kutchin (Kootchin),
    Kwaiailk,
    Kwakiutl (Kwakwala),
    Kwalhioqua,
    Kwantlen,
    Kwapa (Kwapaw),
    Kwinault (Kwinayl)

    Laguna,
    Lakhota (Lakota),
    Lakmiak (Lakmayut),
    Lassik,
    Laurentian (Lawrencian),
    Lecesem,
    Lenape (Lenni Lenape),
    Lillooet,
    Lipan Apache,
    Listiguj (Listuguj),
    Lnuk (L'nuk, L'nu'k, Lnu),
    Lokono,
    Loucheux (Loucheaux),
    Loup,
    Lower Chehalis,
    Lower Coquille,
    Lower Cowlitz,
    Lower Tanana,
    Lower Umpqua,
    Luckiamute (Lukiamute),
    Luiseño,
    Lumbee,
    Lummi,
    Lushootseed,
    Lutuamian

    Macushi (Macusi),
    Mahican,
    Maidu,
    Maina (Mayna),
    Makah,
    Makushi,
    Maliseet (Maliceet, Malisit, Malisset),
    Mandan,
    Mapuche (Mapudungun, Mapudugan),
    Maricopa,
    Massachusett (Massachusetts),
    Massasoit (Massassoit, Mashpee),
    Mattabesic Mattole,
    Maumee,
    Matlatzinca,
    Mayan,
    Mayo,
    Mengwe,
    Menominee (Menomini),
    Mescalero-Chiricahua,
    Meskwaki (Mesquakie),
    Metis Creole,
    Miami-Illinois,
    Miccosukee,
    Michif,
    Micmac (Mi'gmaq),
    Migueleño,
    Mikasuki,
    Mi'kmaq (Mikmawisimk),
    Mingo,
    Minqua,
    Minsi,
    Minto,
    Miskito (Mosquito),
    Missouria,
    Miwok (Miwuk),
    Mixe,
    Mixtec (Mixteco, Mixteca),
    Mobilian Trade Jargon,
    Modoc,
    Mohave,
    Mohawk,
    Mohegan,
    Mohican,
    Mojave,
    Molale (Molalla, Molala),
    Monache (Mono),
    Montagnais,
    Montauk,
    Moosehide,
    Multnomah,
    Munsee (Munsie, Muncey, Muncie),
    Muskogee (Muscogee, Mvskoke),
    Musqueam,
    Mutsun

    Nabesna,
    Nadot'en (Natoot'en, Natut'en),
    Nahane (Nahani, Nahanne),
    Nahuat,
    Nahuatl,
    Nakoda (Nakota),
    Nambe,
    Nanticoke,
    Nantucket,
    Narragansett,
    Naskapi,
    Nass-Gitxsan,
    Natchez,
    Natick,
    Naugutuck,
    Navajo (Navaho),
    Nawat,
    Nayhiyuwayin,
    Nde,
    Nee-me-poo,
    Nehiyaw (Nehiyawok),
    Netela,
    New Blackfoot,
    Newe,
    Nez Perce,
    Niantic,
    Nicola,
    Niitsipussin (Niitsitapi),
    Nimiipuu (Nimi'ipu),
    Nipmuc,
    Nisenan (Nishinam),
    Nisga'a (Nisgaa, Nishga),
    Nlaka'pamux (Nlakapamux),
    Nomlaki,
    Nooksack (Nooksak),
    Nootka (Nutka),
    Nootsak,
    Northeastern Pomo,
    Northern Carrier,
    Northern Cheyenne,
    Nottoway,
    Nuu-chaa-nulth (Nuuchahnulth),
    Nuxalk

    Obispeño,
    Ocuilteco,
    Odawa,
    Ofo,
    Ogahpah (Ogaxpa),
    Ohlone,
    Ojibwa (Ojibway, Ojibwe, Ojibwemowin),
    Oji-Cree,
    Okanagan (Okanogan),
    Okwanuchu,
    Old Blackfoot,
    Omaha-Ponca,
    Oneida,
    Onondaga,
    O'ob No'ok (O:b No'ok),
    O'odham (Oodham),
    Opata,
    Osage,
    Otchipwe,
    Otoe,
    Ottawa

    Pai,
    Paipai,
    Paiute,
    Palaihnihan (Palaihnih, Palahinihan),
    Palewyami,
    Palouse,
    Pamlico,
    Panamint,
    Papago-Pima,
    Pascua Yaqui,
    Passamaquoddy,
    Patuxet,
    Patwin,
    Paugussett (Paugusset),
    Pawnee,
    Peigan,
    Pend D'Oreille,
    Penobscot (Pentagoet),
    Pentlatch (Pentlach),
    Peoria,
    Pequot,
    Picuris,
    Piegan (Piikani),
    Pima,
    Pima Bajo,
    Pipil,
    Pit River,
    Plains Indian Sign Language,
    Pojoaque,
    Pomo (Pomoan),
    Ponca,
    Poospatuck (Poosepatuk,
    Poospatuk,
    Poosepatuck),
    Popoluca (Popoloca),
    Potawatomi (Pottawatomie, Potawatomie),
    Powhatan,
    Pueblo,
    Puget Sound Salish,
    Purisimeño,
    Putún

    Quapaw (Quapa),
    Quechan,
    Quechua,
    Quilcene,
    Quileute,
    Quinault,
    Quinnipiac (Quinnipiack),
    Quiripi

    Raramuri,
    Red Indians,
    Restigouche,
    Rumsen,
    Runasimi

    Saanich,
    Sac,
    Sahaptin,
    Salhulhtxw,
    Salinan,
    Salish,
    Samish,
    Sandia,
    Sanish (Sahnish),
    San Felipe,
    San Ildefonso,
    San Juan,
    Sanpoil,
    Santa Ana,
    Santa Clara,
    Santiam,
    Santo Domingo,
    Saponi,
    Sarcee (Sarsi),
    Sastean (Sasta),
    Satsop,
    Savannah,
    Sauk,
    Saulteaux,
    Schaghticoke (Scaticook),
    Sechelt,
    Secwepemc (Secwepmectsin),
    Sekani,
    Selkirk,
    Seminoles,
    Seneca,
    Seri,
    Serrano,
    Seshelt,
    Severn Ojibwe,
    Shanel,
    Shasta (Shastan),
    Shawnee (Shawano),
    Shinnecock,
    Shoshone (Shoshoni),
    Shuar,
    Shuswap,
    Siksika (Siksikawa),
    Siletz,
    Similkameen,
    Sinkiuse (Sincayuse),
    Sinkyone,
    Sioux,
    Siuslaw,
    Skagit,
    Skicin,
    S'Klallam,
    Skokomish,
    Skraeling,
    Skwamish,
    Slavey (Slave, Slavi),
    Sliammon (Sliamon),
    Sm'algyax, Snichim,
    Snohomish,
    Songish, Sooke,
    Souriquois (Sourquois),
    Southeastern Pomo,
    Southern Paiute,
    Spokane (Spokan),
    Squamish,
    Sqwxwu7mesh,
    Stadaconan,
    St'at'imcets (St'at'imc),
    Stockbridge,
    Sto:lo,
    Stoney,
    Straits Salish,
    Sugpiaq,
    Suquamish,
    Susquehannock,
    Suwal,
    Swampy Cree,
    Swinomish

    Tabasco
    Chontal,
    Tachi (Tache),
    Taensa,
    Tahltan,
    Tagish,
    Tahcully,
    Taino,
    Takelma (Takilma),
    Takla,
    Taltushtuntude,
    Tamyen,
    Tanacross,
    Tanaina,
    Tanana,
    Tano,
    Taos,
    Tarahumara,
    Tataviam,
    Tauira (Tawira),
    Teguime,
    Tehachapi,
    Ten'a,
    Tenino,
    Tepehuano (Tepecano),
    Tequistlateco (Tequistlatec),
    Tesuque,
    Tetes-de-Boules,
    Tewa,
    Thompson,
    Tigua,
    Tillamook,
    Timbisha (Timbasha),
    Timucua,
    Tinde,
    Tinneh,
    Tiwa,
    Tjekan ,
    Tlahuica (Tlahura),
    Tlatskanie (Tlatskanai),
    Tlatsop,
    Tlicho Dinne,
    Tlingit,
    Tohono O'odham,
    Tolowa,
    Tongva,
    Tonkawa,
    Towa,
    Tsalagi (Tsa-la-gi),
    Tsattine,
    Tsekani (Tsek'ehne),
    Tsetsehestahese,
    Tsetsaut,
    Tsilhqot'in (Tzilkotin),
    Tsimshian (Tsimpshian),
    Tsitsistas,
    Tsooke, Tsoyaha,
    Tsuu T'ina (Tsuutina),
    Tualatin,
    Tubar (Tubare),
    Tubatulabal,
    Takudh,
    Tulalip,
    Tumpisa (Tümbisha, Tumbisha),
    Tunica,
    Tupi,
    Tuscarora,
    Tutchone,
    Tutelo,
    Tututni,
    Tuwa'duqutsid,
    Twana,
    Twatwa (Twightwee)

    Uchi (Uche, Uchee),
    Ukiah (Ukian, Uki, Ukia),
    Ukomnom,
    Umatilla,
    Unami,
    Unangan (Unangax),
    Unkechaug (Unquachog) Upper Chehalis,
    Upper Chinook,
    Upper Cowlitz,
    Upper Tanana,
    Upper Umpqua,
    Ute

    Ventureño,
    Virginian Algonkin

    Wailaki (Wailakki),
    Wailatpu (Waylatpu),
    Walapai,
    Walla Walla,
    Wampano,
    Wampanoag,
    Wanapam,
    Wanki (Wangki),
    Wappinger,
    Wappo,
    Warijio (Warihio, Warijío),
    Warm Springs,
    Wasco-Wishram,
    Washo (Washoe),
    Wazhazhe,
    Wea,
    Wenatchi (Wenatchee),
    Wendat,
    Weott,
    Western Pomo,
    Whilkut,
    White Clay People,
    Wichita (Witchita),
    Wikchamni,
    Willapa (Willopah),
    Winnebago,
    Wintu (Wintun),
    Wishram,
    Witsuwit'en (Witsuwiten),
    Wiyot (Wi'yot, Wishosk),
    Wolastoqewi (Wolastoqiyik),
    Wyandot (Wyandotte)

    Yakama (Yakima),
    Yanesha,
    Yaquina (Yakonan, Yakon),
    Yavapai,
    Yawelmani,
    Yaqui,
    Yinka Dene,
    Yneseño (Ynezeño),
    Yocot'an,
    Yokaia (Yakaya),
    Yokuts (Yokut, Yokutsan),
    Yoncalla (Yonkalla),
    Yowlumni,
    Ysleño,
    Ysleta del Sur,
    Yucatec Maya (Yucateco, Yucatan),
    Yuchi (Yuchee) Yuki (Yukian),
    Yuma,
    Yupik (Yu'pik, Yuit),
    Yurok (Yu'rok)

    Zapotec,
    Zia,
    Zimshian,
    Zoque,
    Zuni

Demikianlah artikel tentang suku suku indian yang ada di amerika, jika ada kekeliruan mohon dikoreksi, semoga bisa menambah wawasan kita tentang suku suku indian amerika.

Dikutip dari berbagai sumber.
Credit image : google.cm



Selasa, 24 September 2013

Gerbang gubernuran di Kota Makassar terbuka lebih lebar hari itu, menyambut para tamu yang datang dari jauh dan dekat. Andi Pangerang Petta Rani berdiri di ambang pintu, menyambut rombongan dengan sangat ramah-tamah, kendati ia tahu pertemuan itu akan lebih merupakan sidang yang makan urat saraf ketimbang silaturahmi bahagia.

Sekitar 51 tokoh Perjuangan Semesta (Permesta) yang datang kemudian berunding selama tiga jam di kediaman Gubernur Sulawesi Andi Pangerang. Pada akhir pertemuan, mereka menandatangani Piagam Perdjoangan Semesta dalam Wilajah IT-VII Wirabuana. Dan Herman Nicolas “Ventje” Sumual, penanda tangan pertama, lantas membacakan ikrar bersama, yang kemudian dikenal sebagai Deklarasi Permesta.

Dengan membacakan ikrar, H.N Ventje Sumual saat itu sesungguhnya tengah menuliskan bab yang penting dalam sejarah negeri leluhurnya. Deklarasi yang ditujukan ke alamat pemerintah pusat itu mengandung dua tuntutan penting: otonomi seluas-luasnya kepada daerah dan penghapusan sifat sentralisasi dari sistem pemerintahan politik nasional. Maka, lahirlah Permesta, pada hari itu, 2 Maret 1957. Sejarah kemudian mencatat, Permesta, yang mula-mula hanya sebuah deklarasi perjuangan, akhirnya berbuntut pada pemberontakan. Mengapa?



Herman Nicolas Sumual alias H.N Ventje Sumual adalah orang yang paling tepat untuk menjawab pertanyaan ini. Ia bukan saja seorang pejuang tangguh, melainkan juga terlibat secara emosi serta fisik dalam seluruh proses panjang-sejak ide gerakan dicetuskan hingga akhir yang antiklimaks. Gerakan itu ditumpas TNI, sedangkan Ventje bersama kawan-kawannya harus membayar keterlibatan mereka dengan harga sepadan: masuk penjara.

Ventje lahir di Rembokan, Minahasa, 11 Juni 1922. Sebagai anak seorang sersan KNIL (serdadu Belanda), Ventje pernah belajar di Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada (1946-1948), Yogyakarta. Sembari kuliah, ia aktif sebagai perwira penghubung Kebaktian Rakyat Indonesia Sulawesi (KRIS) dan diangkat menjadi Kepala Staf Brigade XVI dengan pangkat mayor. Ia memimpin satuan-satuan KRIS dalam perjuangan menangkis serangan Belanda di Yogyakarta pada Januari 1949. Setahun kemudian, ia menjadi anggota Komisi Militer untuk Indonesia Timur dengan tanggung jawab wilayah Sulawesi Utara.

Pada Mei 1956 ia menjabat Kepala Staf Tentara Teritorium (TT) VII. Setelah tiga bulan, Ventje dilantik menjadi Komandan TT VII Indonesia Timur dengan pangkat kolonel. Pada 2 Maret 1957, ia mengumumkan SOB (staat van oorlog en beleg, negara dalam keadaan bahaya) di Indonesia Timur-sekaligus memproklamasikan Permesta.

Nama Permesta lantas digunakan oleh kalangan tertentu di Sulawesi Utara yang bergabung dengan memerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI). Alhasil, PRRI dan Permesta sering ditulis sebagai suatu kesatuan menjadi PRRI/Permesta. Penyatuan seperti ini ditolak Ventje. “Permesta bukan gerakan pemberontakan, melainkan suatu piagam perjuangan,” ujarnya.

Karena kegiatan itu membuat H.N Ventje Sumual dipecat dari TNI pada 26 Februari 1958. Sejak itu, ia pun semakin memusatkan kegiatannya dalam pergolakan. Dari 1958-1961, Ventje berjuang bersama pasukan PRRI/Permesta di Sulawesi Utara dan Maluku Utara. Gerakan itu ternyata tidak bertahan lama.

Pada 20 Oktober 1961 ia menyerah kepada pemerintah pusat dan masuk karantina serta tahanan militer selama lima tahun. Lepas dari bui, Ventje banting setir menjadi orang swasta. Ia mendirikan PT Konsultasi Pembangunan, yang bergerak di bidang perkayuan. Bekas tentara ini mendapat hak pengelolaan hutan seluas 100 ribu hektare di Maluku. Ada yang unik dari perusahaan itu: mempekerjakan sejumlah orang yang pernah terlibat PRRI/Permesta. Ventje sebagai presiden direktur, Kolonel Simbolon sebagai presiden komisaris, Ahmad Husein sebagai direktur, adapun para bekas anggota pasukan menjadi staf.

Kini H.N Ventje Sumual telah tiada, setiap detail peristiwa tersimpan rapi dalam memorinya, sedangkan kebenaran akan tetap berdiri bersama orang orang yang mencintai tanah airnya. Pemberontak, pahlawan anti komunis, pejuang kemerdekaan, akan melekat bersama dirinya, tinggal tergantung bagaimana sikap generasi muda mencermati kebenaran sebuah sejarah bangsa ini, komunis adalah musuh nyata, tidak akan musnah karena perubahan sistem, karena ideologi akan melekat dan mendarah daging pada penerusnya, walau berganti kulit sekalipun. KOmunis akan terus menggeroti dan mencari celah, komunis ibarat duri dalam daging bangsa Indonesia.

Berikut petikan wawancara wartawan TEMPO Setiyardi dan fotografer Fernandez Hutagalung, saat mewawancarai H.N Ventje Sumual semasa hidupnya, dia yang dianggap pemberontak PRRI / Permesta:

Apa sebetulnya yang melahirkan Permesta?

UUD Sementara 1950 menegaskan otonomi seluas-luasnya bagi daerah dan pengakuan hak asasi manusia. Namun, hal itu tidak pernah dilaksanakan. Jadi, telah terjadi pelanggaran konstitusi.

Jadi, bukan karena alasan kepincangan ekonomi pusat-daerah?

Itu hanya soal manajemen. Ada manusia yang menyusun dan menjalankannya dan menentukan maju-tidaknya perekonomian suatu negara.

Untuk meluruskan soal otonomi dan manajemen ekonomi, apa perlunya memberontak?

Ini yang sejak dulu ingin saya luruskan. Permesta bukan pemberontakan, melainkan suatu deklarasi politik. Isinya seperti yang diperjuangkan gerakan reformasi sekarang ini. Dulu, gerakan reformasi kami sebut sebagai Permesta.

Lantas, mengapa PRRI/Permesta begitu populer sebagai “duet” pemberontak?

Itulah, mengapa harus menggabungkan PRRI/Permesta? Mengapa tidak PRRI/Dewan Banteng? Atau PRRI/Dewan Gajah? Pemerintah seperti ingin menciptakan citra tertentu yang negatif terhadap gerakan Permesta.

Lo, kalau bukan PRRI/Permesta, siapa yang memberontak pada 1957-1961 itu?

Unit-unit TNI dan perwira yang banyak berjasa dalam pembentukan TNI dan mempertahankan proklamasi, seperti Kolonel Simbolon, Kolonel Zulkifli Lubis, Kolonel Dahlan Djambek, Kolonel Warouw, Kolonel A.E. Kawilarang. Dari tokoh sipil ada Mr. Asaat, Mohamad Natsir, Burhanuddin Harahap, Sumitro Djojohadikusumo, dan Syafrudin Prawiranegara. Contoh unit TNI yang ikut PRRI adalah Daerah Militer Sumatra Tengah dan Daerah Militer Sumatra Utara.

Jadi, bagaimana bentuk hubungan PRRI-Permesta?

Tidak ada hubungan apa-apa. Kalau PRRI memang pemberontakan. Tapi Permesta hanyalah suatu program untuk pembangunan Indonesia Timur. Pemerintah yang kemudian ingin memecah belah. Jadi, seolah-olah ada dua pemberontakan, PRRI di Sumatra dan Permesta di Sulawesi.

Anda ikut Deklarasi Palembang pada Januari 1957. Bukankah hal itu menunjukkan hubungan yang kuat antara PRRI dan Permesta?

Yang ikut Deklarasi Palembang adalah unit-unit TNI. Tidak ada urusannya dengan masyarakat umum. Lagipula, ketika itu UUD-nya bersifat sementara (UUDS 1950), hingga segala sesuatu bisa berubah. Sebagai Angkatan 45, kami merasa harus mengambil sikap atas keadaan yang berkembang.

Bukankah Barbara Silars Harvey dari Cornell University, yang menulis Permesta sebagai tesis doktornya, menyebut gerakan tersebut a half rebellion, pemberontakan setengah hati?

Saya sudah membaca tulisan itu. Isinya kurang akurat. Dia menyebut Permesta sebagai Perjuangan Semesta Alam. Padahal, Permesta adalah Piagam Perjuangan Semesta, tanpa ada kata alam.

Apa tanggapan pemerintah setelah Permesta dideklarasikan?

Pak Nasution (KSAD) dan Pak Yani sebetulnya setuju dengan Permesta. Sekitar Mei 1957, keduanya datang ke Makassar. “Saya setuju dengan isi Permesta. Ini untuk kepentingan prajurit, tapi tidak usah berpolitik,” kata Pak Nasution.

Kalau gerakan Permesta bukan pemberontakan, lalu wewenang apa yang Anda gunakan untuk mendeklarasikannya atas nama Indonesia Timur?

Undang-undang yang ada memungkinkan panglima teritorial menyatakan keadaan darurat perang. Saat itu kita masih menggunakan SOB buatan Belanda. Nah, melihat situasi yang ada, saya lalu menyatakan Indonesia Timur dalam keadaan darurat perang.

Situasi seperti apa itu?

Di luar masalah ekonomi, daerah-daerah di Indonesia Timur mulai menyatakan ingin berdiri sendiri. Di Sulawesi Selatan ada Dewan Hasanudin, di Maluku ada dewan serupa. Daripada berdiri sendiri, semua saya ambil alih dan Permesta sebagai simbol perjuangan. Kemudian, saya menyelenggarakan kongres Bhinneka Tunggal Ika di Makassar. Wakil dari semua kabupaten di empat provinsi Indonesia Timur hadir sekaligus menyatakan dukungan terhadap Permesta.

Beberapa publikasi sejarah menyebut bantuan Amerika untuk Permesta. Seberapa besar bantuan itu?

Omong kosong! Mereka tidak membantu Permesta, tapi memanfaatkan Permesta untuk kepentingannya sendiri. Setelah terbukti bahwa Jakarta masih kuat dan perwira Angkatan Darat seperti Nasution dan Yani bukanlah komunis, mereka meninggalkan kami begitu saja. Tujuan mereka, kan, mencegah blok komunis makin berkuasa di dunia.

Lo, bukankah Permesta juga antikomunis? Jadi, mengapa Amerika harus pergi bila alasannya adalah soal komunis?

Ini sebetulnya pilihan politik. Setelah tahu bahwa jenderal-jenderal di pusat ternyata punya sikap antikomunis yang kuat, Amerika lebih memilih berpihak ke Jakarta ketimbang daerah.

Jadi, Anda sadar kalau ditunggangi Amerika?

Sadar sekali. Tapi itu hal biasa dalam politik. Rasanya, tidak jauh beda ketika blok komunis menunggangi kita ketika Indonesia mau merebut Irianjaya. Yang penting, kan, kita mendapat senjata untuk Operasi Mandala. Tapi, dalam kasus Permesta, saya tidak merasa telah menjual diri ke Amerika.

Seberapa besar rasa kecewa Anda terhadap Amerika?

Saya sadar, ini bukan perjuangan mereka. Memang, kalau mereka tidak pergi, saya yakin kami akan berhasil merebut Jakarta. Paling lama, kami akan menghabiskan waktu sekitar dua bulan untuk menguasai seluruh Indonesia.

Bagaimana caranya?

Jakarta adalah titik kunci. Setelah menguasai Banjarmasin, sebetulnya mudah saja untuk menguasai Jakarta. Yang dibutuhkan adalah lapangan terbang Kemayoran. Dari situ, tinggal mengebom kilang minyak di Tanjungpriok. Kalau kilang minyak sudah dibom, Jakarta dan Bandung akan lumpuh.

Tampaknya, Anda begitu yakin dengan kekuatan Permesta?

Bagaimana tidak? Saat mendarat di Morotai, Maluku, saya tidak mendapat perlawanan. Sewaktu mendarat di Banjarmasin, kami juga tidak mendapat perlawanan.

Masa, TNI akan diam saja kalau Anda mendarat di Jakarta?

Pasukan Siliwangi tidak akan menembak kami. Mereka juga antikomunis. Lagi pula, orang-orang Siliwangi adalah teman saya. Tahun 1956 kami melakukan reuni Korps Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat di Bandung. Salah satu keputusan reuni, bila terjadi “apa-apa”, kami tidak akan saling menembak.

Mengapa sampai ada kesepakatan itu?

Saat itu kami sudah bisa melihat kondisi ke depan akan gawat.

Ada yang tidak konsisten dengan penjelasan Anda tentang Permesta: menolak cap pemberontak tapi mengerahkan tentara untuk menguasai wilayah. Apa itu bukan pemberontakan?

Tuntutan yang kami ajukan ke pemerintah pusat dijawab dengan bom di Ambon. Dan kami menegaskan, kalau Kabinet Djuanda (1957-1959) tidak dibubarkan, kami tidak akan menaati pemerintah pusat lagi. Menurut kami, kabinet itu dibentuk secara inkonstitusional.

Tapi hasilnya adalah ironi: Anda melawan hal yang inkonstitusional dengan cara yang juga tidak konstitusional.

Keadaan mengharuskan kami melakukan perlawanan. Sebagai prajurit pejuang, kami tidak bisa berpangku tangan melihat keadaan yang ada. PKI ketika itu mulai membesar. Bung Karno membentuk Dewan Nasional, yang salah satu kakinya adalah komunis.

Permesta berakhir dengan antiklimaks ini: gagal dan Anda sekalian dicap pemberontak. Bagaimana perasaan Anda?

Saya pribadi tidak pernah menyesal disebut pemberontak. Kami, orang-orang yang ikut mempertahankan republik ini, tidak rela kalau negara kita tidak terurus. Orang seperti Pak Syafrudin Prawiranegara-presiden PRRI-bukan anak kemarin sore yang mau ikut-ikutan. Pasti beliau memiliki pertimbangan matang.

Kalau semua rencana berjalan menurut skenario, apa yang akan terjadi?

Kami tidak akan mengganti Bung Karno. Kami hanya menuntut ada kabinet baru di bawah pimpinan Bung Hatta dan Sultan Hamengku Buwono IX. Selain itu, kami ingin komunisme dihapus dari Indonesia. Kalau saja usaha PRRI/Permesta berhasil, pemberontakan PKI pada 1965 tidak akan terjadi.

Jadi, Permesta gagal?

Di atas kertas, ya. Semua sudah disusun dengan baik. Tiba-tiba Allen Pope-anggota angkatan udara Amerika yang membantu PRRI/Permesta-tertembak jatuh di Ambon. Maka, Amerika pun angkat kaki begitu saja.

Sebetulnya, bagaimana proses pendekatan dengan Amerika?

Mereka yang menghubungi kami. Saya dan Prof. Sumitro Djojohadikusumo berunding dengan pihak Amerika, yang diwakili Kolonel Collin. Perundingan berlangsung di Singapura sekitar tahun 1957. Kolonel Collin ini memang menyembunyikan informasi terhadap George Benson, asisten khusus duta besar AS (1962-1965) untuk Indonesia. Maka, si Benson jadi tidak tahu apa-apa perihal dukungan Amerika.

Setelah Permesta kalah, Anda langsung ikut dalam “apel penyerahan diri”, yang disaksikan Jenderal Nasution dan Jenderal Yani?

Sampai saat apel, saya tetap tidak mau ikut menyerah. Sekitar 50 ribu anggota saya sudah menyerah. Saya menunggu perintah dari Pak Syafrudin Prawiranegara. Saat itu saya ada di hutan. Padahal, hampir semua pasukan sudah ikut apel.

Benarkah Jenderal Nasution menemui Anda secara pribadi?

Tidak benar. Saya yang menemui Pak Nas di rumahnya di Jakarta. Saya melapor dan menyerah tanpa syarat, diantar oleh Pak Sunandar.

Dan Anda mengaku memberontak?

Ya, saya mengaku. Tapi saya memberontak terhadap kezaliman. Dan perlu saya tegaskan lagi: saya tidak pernah menyesal pernah jadi pemberontak.

Apakah Pak Nas marah?

Tidak. Ia hanya mengatakan, saya dan kawan-kawan harus masuk karantina. Saya dikarantina di Cipayung, Pak Simbolon di Malang, Pak Syafrudin Prawiranegara di Blora. Karena PKI makin lama makin kuat dan Bung Karno akan melakukan konfrontasi dengan Malaysia, akhirnya kami semua dimasukkan ke rumah tahanan militer di Setiabudi, Jakarta.

Mengapa Anda dan kawan-kawan ditahan, sementara Kolonel A.E. Kawilarang direhabilitasi namanya oleh Bung Karno?

Bung Karno seperti tidak peduli pada orang seperti kami. “Revolusi belum selesai dan tuan-tuan ini adalah penghalang roda revolusi,” kata Bung Karno kepada kami. Dan kami kemudian ditahan tanpa melalui proses pengadilan. Ini suatu kesewenang-wenangan.

Barangkali penahanan itu ada kaitannya dengan peristiwa granat di Cikini, yang ingin menghabisi Bung Karno?

Isu itu memang sengaja diembuskan orang-orang komunis. Kami orang-orang daerah yang dituduh, padahal kami sangat menghargai Bung Karno.

Bagaimana pengalaman dalam karantina?

Kesedihan sebagai pejuang yang dikarantina tidak bisa dimungkiri, kendati kita tinggal di bungalow di Cipayung. Namun, Pak Yani selalu berusaha memberi semangat, “Ini cuma soal politik. Kalau hari ini tidak punya harga, siapa tahu besok harganya naik tiga kali lipat,” kata Pak Yani kepada saya. Tatkala saya masuk tahanan militer, 1963-1966, Pak Yani tidak pula meninggalkan kami. “Tunggu saja waktunya,” begitu ujarnya, sering-sering.

Antara 1963 dan 1966 Anda harus pindah dari bungalow Cipayung ke tahanan militer Setiabudi. Mengapa?

Kami harus masuk sel pada saat Komando Dwikora yang ingin mengganyang Malaysia dikumandangkan. Mungkin pihak Angkatan Darat merasa tidak sanggup bila harus mengawasi kami. Selain itu, desakan kaum komunis makin kuat. Saya, Simbolon, Ahmad Husein, Syafrudin Prawiranegara, Mr. Asaat, dan Anak Agung Gede Agung tinggal di blok yang sama. Pada 1965, kami pun harus satu tahanan dengan orang-orang PKI yang sangat kami tentang.

Ironis betul?

Memang ironis. Namun, saya katakan kepada kawan-kawan, sebaiknya kita tidak mempersoalkan sebab-sebab penahanan mereka. Karena, saat berada dalam satu tahanan, berarti kita satu nasib.

Anda dibebaskan hanya sehari setelah Pak Harto jadi presiden. Bagaimana prosesnya?

Pada 26 Juli 1966, seorang jaksa bernama Adnan Buyung Nasution datang ke rumah tahanan. Buyung membacakan surat pembebasan kami.

Apakah Pak Harto pernah menghubungi Anda sebelum itu?

Ali Moertopo, asisten Pak Harto, sering menghubungi kami di tahanan. Dia mencari orang berpengalaman tapi harus antikomunis. Maka, begitu jadi presiden, Pak Harto langsung membebaskan kami. Pihak keluarga pun tidak tahu. Sewaktu keluarga saya berkunjung, polisi militer yang menjaga di depan tahanan mengatakan agar keluarga membawa saya pulang. Itu betul-betul kejutan, ha-ha-ha….

Bukankah Anda dan Pak Harto kenalan lama?
 

Benar. Saya jadi anak buahnya dalam peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949 di Yogyakata.

Benarkah Pak Harto terlalu membesarkan jasanya dalam peristiwa tersebut?
 

Itu tidak benar. Bahwa selama 32 tahun ia berkuasa ada penyimpangan, itu soal lain. Tapi ia memiliki kemampuan.

Apakah Pak Harto kemudian membantu kehidupan Anda?

Persoalan tidak selesai begitu saja. Selama setahun, masing-masing kami harus mencari hidup sendiri. Kemudian saya ditugasi ke luar negeri bersama Pak Ali Moertopo, Yoga Soegama, Benny Moerdani, untuk ke Bangkok menyiapkan pembentukan ASEAN.

Apakah Anda dipilih karena punya hubungan dengan Sekjen SEATO (Organisasi Pertahanan Asia Tenggara)?

Saya memang sebelumnya sudah kenal Sekjen SEATO, Jenderal Targas, di Filipina. Ketika itu, pembentukan ASEAN hampir gagal karena Filipina menolak kesepakatan soal pangkalan asing yang bersifat temporer. Untunglah, karena saya kenal Jenderal Targas itu, dia bisa memberi masukan kepada Ferdinand Marcos agar setuju dengan prinsip temporer untuk pangkalan asing.


Jadi silahkan simpulkan sendiri, pemberontakah atau malah pahlawan anti komunis Herman Nicolas Sumual, begitu juga Alm. Presiden Suharto pun, yang pro kontra tentang peristiwa meletusnya pemberontak G30S PKI, yang selalu diperingati setiap tanggal 30 september, yang jadi cikal bangkal peringatan hari kesaktian PANCASILA pada tanggal 1 Oktober. Ada baikmya selalu memandang positif pada tiap pahlawan negeri ini, terlepas dari kekurangan dan kesalahannya, pahlawan adalah pahlawan, pahlawan yang sulit ditemui saat ini, pahlawan yang berbuat dengan tindakan nyata, pahlawan yang berjuang tanpa  membawa bawa nama rakyat kecil, pahlawan yang bisa diterima di hati sanubari banyak orang, saringlah dan berpikirlah jernih, komunis tetap ada dengan orang orangnya yang terus membayangi masa depan bangsa ini,

Ada kara mutiara yang berbunyi : "Kebenaran tidak akan pernah musnah walau kadang terjepit dan waktu akan menunjukan kebenaran itu sendiri suatu hari nanti" (AP/CBM)

Kutipan :
http://setiyardi.wordpress.com/2009/04/03/herman-nicolas-ventje-sumual-permesta-bukan-pemberontakan/
Edit by admin Cybermales


Kamis, 19 September 2013

Bumi Sriwijaya atau Palembang atau kota empek empek merupakan nama salah satu kota di pulau Sumatera, di kota ini blogger Cybermales bertempat tinggal, tepatnya di provinsi “Sumatera Selatan”. Kota yang terkenal dengan “Jembatan Ampera” dan Makanan Khas “Pempek” ini, merupakan sebuah kota yang memiliki nilai sejarah yang tinggi di dalam perjalanannya. Hingga saat ini, kota Palembang menjadi kota yang berkembang, dan merupakan salah satu kota terbesar di Sumatera pada khususnya dengan menempati peringkat kedua, dan Indonesia pada umumnya dengan peringkat ke-8.

logo Islamic Solidarity Games palembang 2013

Dan kota palembang akan menjadi tuan rumah penyelenggaraan ISG ( Islamic Solidarity Games ) III 2013 yang akan diresmikan dan dibuka oleh Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono tanggal 22 september 2013. ISG (Islamic Solidarity Games) ini akan dihadiri Sebanyak 42. peserta dari negara antara lain, Algeria, Azerbaijan, Brunei Darussalam, Burkino Fasao, Mesir, Guyana, Indonesia, Iran, Iraq, Kuwait, Libya, Maladewa, Maroko, Malaysia, Oman, Pakistan, Palestina, Qatar, Saudi Arabia, Sudan, dan Suriah. Kemudian, Tajikistan, Turkmenistan, Turki, Uni Emirat Arab (UEA), Uganda, Yaman, Guinea, Mauritania, Gambia, Nigeria, Yordania, Togo, Pantai Gading, Senegal, Kamerun, Monzambik, dan Libanon, Tunisia, Somalia, Bahrain, dan Jibuti. Dan tidak tanggung tanggung ISG ini akan dihadiri banyak raja arab.  Sekilas akan admin Cybermales uraikan sedikit tentang sejarah dan asal usul kota Palembang yang akan jadi tuan rumah ISG 2013 (Islamic Solidarity Games ) ke-3 ini.

Dimulai dari arti nama kota Palembang

Gambar jembatan ampera palembang di waktu malam

Nama Palembang banyak mempunyai arti dari berbagai sumber para ahli. Mereka mengatakan kata tersebut berasal dari Lembang atau Lembeng, yaitu tanah yang berlekuk, tanah yang rendah, akar yang membengkak karena terendam lama di dalam air.

Untuk arti lain dari Lembang adalah tidak tersusun rapi, terserak-serak. Sedangkan menurut bahasa Melayu, lembang berarti air yang merembes atau rembesan air. Arti Pa atau Pe menunjukkan keadaan atau tempat.

Menurut sumber lainnya, Palembang berarti tempat tanah yang dihanyutkan ke tepi, atau tanah yang terdampar. Pengertian Palembang tersebut kesemuanya menunjukkan tanah yang berair.

lni tidak jauh dari kenyataan yang ada, bahkan pada saat sekarang, yang dibuktikan oleh data statistik tahun 1990, bahwa masih terdapat 52,24% tanah yang tergenang di kota Palembang. Sebagai catatan tambahan, di Kotamadya sekarang ini masih tercatat sebanyak 117 buah anak-anak sungai yang mengalir di tengah kota.

Kondisi alam ini bagi nenek moyang orang-orang Palembang menjadi modal mereka untuk  memanfaatkannya. Air menjadi sarana transportasi yang sangat vital, ekonomis, efisien, dan punya daya jangkau dan punya kecepatan yang tinggi. Selain kondisi alam, juga letak strategis kota ini yang berada dalam satu jaringan yang mampu mengendalikan lalu lintas antara tiga kesatuan wilayah:

• Tanah tinggi Sumatera bagian Barat, yaitu : Pegunungan Bukit Barisan
• Daerah kaki bukit atau piedmont dan pertemuan anak-anak sungai sewaktu memasuki dataran rendah
• Daerah pesisir timur laut

 Peta kuno kota palembang


Ketiga kesatuan wilayah ini merupakan faktor setempat yang sangat menentukan dalam pembentukan pola kebudayaan yang bersifat peradaban. Faktor setempat yang berupa jaringan dan komoditi dengan frekuensi tinggi sudah terbentuk lebih dulu dan berhasil mendorong manusia setempat menciptakan pertumbuhan pola kebudayaan tinggi di Sumatera Selatan. Faktor setempat inilah yang membuat Palembang menjadi ibukota Sriwijaya, yang merupakan kekuatan politik dan ekonomi di zaman klasik pada wilayah Asia Tenggara. Kejayaan Sriwijaya diambil oleh Kesultanan Palembang Darusallam pada zaman madya sebagai kesultanan yang disegani dikawasan Nusantara.

Asal asul nama kota Palembang

Kapan nama Palembang “lahir”, tepatnya belum dapat diperkirakan. Apakah nama ini lahir sejak Sriwijaya runtuh, atau sebaliknya, nama Palembang lahir lebih dahulu sebelum nama Sriwijaya “lahir”?

Banyak sumber-sumber sejarah di zamannya yang menentukan lahirnya kota Palembang. Seperti sumber kronik China, Jawa, Islam, dan Melayu. Namun, sumber-sumber tersebut masih simpang siur dalam penentuannya. Yang jelas, dari sumber-sumber tersebut, tercatat dari tahun 1225 hingga di tahun 1612.

Sejarah Melayu aslinya ditulis sekitar tahun 1511, ditulis kembali dari pelbagai versi, antaranya oleh Abdullah ibn Abdulkadir Munsyi yang menulis kembali teks tahun 1612. Teks yang menceritakan Palembang dari Sejarah Melayu:

"Ada sebuah negeri di tanah Andalas, Perlembang namanya, Demang Lebar Daun nama rajanya, asalnya daripada anak-cucu Raja Sulan; Muara Tatang nama sungainya. Adapun negeri Perlembang itu, Palembang yang ada sekarang inilah. Maka Muara Tatang itu ada sebuah sungai, Melayu namanya; di dalam sungai itu ada sebuah bukit Seguntang Mahameru namanya".

Sejarah dan Perkembangan kota Palembang

Palembang merupakan kota tertua di Indonesia, berumur setidaknya 1324 tahun, hal ini berdasarkan pada prasasti Kedukan Bukit (683 M), yang ditemukan di Bukit Siguntang, sebelah barat Kota Palembang, yang menyatakan pembentukan sebuah Wanua yang ditafsirkan sebagai kota yang merupakan ibukota Kerajaan Sriwijaya pada tanggal 16 Juni 683 Masehi (tanggal 5 bulan Ashada tahun 605 syaka). Maka tanggal tersebut dijadikan patokan hari lahir Kota Palembang.

Gambar pulau kemarau palembang

Prasasti Batu bersurat, ditemukan oleh Controleur Batenberg di tepi sungai Kedukan Bukit, yakni diantara Bukit Siguntang dengan Situs Karanganyar pada tahun 1926 dengan menggunakan huruf Pallawa dan bahasa Melayu kuno. Prasasti tersebut oleh penduduk kampung Kedukan Bukit waktu itu dijadikan semacam tumbal bila akan mengikuti lomba Bidar, yakni dengan cara meletakkan di haluan Bidar yang akan diperlombakan.

Konon, Bidar atau Perahu yang digentoli dengan batu “sakti-bertuah” itu senantiasa menang berlomba. Kemudian Batu-bersurat Kedukan Bukit itu ditelaah oleh para pakar sejarah dan kebudayaan, diantaranya Prof. M. Yamin yang menyatakan, itulah proklamasi (penggalian/pemindahan) ibukota Sriwijaya (dari tempat lain) ke Bukit Seguntang.

Prasasti Kedukan Bukit itu berbunyi sebagai berikut :


1. Swasti cri cakawarsatita 605 ekadaci cu
2. Klapaksa wulan waicakha dapunta hiyang nayik di
3. samwau manalap siddhayatra disaptami cuklapaksa
4. Wulan jyesta dapunta hiyang marlapas dari Minanga
5. Tamvan mamawa yam wala dualaksa danan koca
6. Duaratus cara di samwau danan jalan sariwu
7. Tluratus sapulu dua wannakna datam di Mukha Upang
8. Sukhacitta di pancami cuklapaksa wulan
9. Laghu mudita datam marwuat wanua
10. Criwijava siddhayatra subhiksa.

(Sumber : Prof. Poerbacaraka, G. Coedes, Prof. Dr. Ph.S. Van Ronkel Dr. Buchari, Prof. Slametmulyana)

Kota Palembang juga dipercayai oleh masyarakat melayu sebagai tanah leluhurnya. Karena di kota inilah tempat turunnya cikal bakal raja Melayu pertama yaitu Parameswara yang turun dari Bukit Siguntang. Kemudian Parameswa meninggalkan Palembang bersama Sang Nila Utama pergi ke Tumasik dan diberinyalah nama Singapura kepada Tumasik.

Sewaktu pasukan Majapahit dari Jawa akan menyerang Singapura, Parameswara bersama pengikutnya pindah ke Malaka disemenanjung Malaysia dan mendirikan Kerajaan Malaka. Beberapa keturunannya juga membuka negeri baru di daerah Pattani dan Narathiwat (sekarang wilayah Thailand bagian selatan). Setelah terjadinya kontak dengan para pedagang dan orang-orang Gujarat dan Persia di Malaka, maka Parameswara masuk agama Islam dan mengganti namanya menjadi Sultan Iskandar Syah.

Kota Palembang dan Kerajaan Sriwijaya

Sriwijaya, seperti juga bentuk-bentuk pemerintahan di Asia Tenggara lainnya pada kurun waktu itu, bentuknya dikenal sebagai Port-polity. Pengertian Port-polity secara sederhana bermula sebagai sebuah pusat redistribusi, yang secara perlahan-lahan mengambil alih sejumlah bentuk peningkatan kemajuan yang terkandung di dalam spektrum luas.

Pusat pertumbuhan dari sebuah Polity adalah entreport yang menghasilkan tambahan bagi kekayaan dan kontak-kontak kebudayaan. Hasil-hasil ini diperoleh oleh para pemimpin setempat (dalam istilah Sriwijaya sebutannya adalah datu), dengan hasil ini merupakan basis untuk penggunaan kekuatan ekonomi dan penguasaan politik di Asia Tenggara.

Ada tulisan menarik dari kronik Cina Chu-Fan-Chi yang ditulis oleh Chau Ju-Kua pada abad ke 14, menceritakan tentang Sriwijaya sebagai berikut :

    “...Negara ini terletak di Laut Selatan, menguasai lalu lintas perdagangan asing di Selat. Pada zaman dahulu pelabuhannya menggunakan rantai besi untuk menahan bajak-bajak laut yang bermaksud jahat. Jika ada perahu-perahu asing datang, rantai itu diturunkan. Setelah keadaan aman kembali, rantai itu disingkirkan. Perahu-perahu yang lewat tanpa singgah di pelabuhan dikepung oleh perahu-perahu milik kerajaan dan diserang. Semua awak-awak perahu tersebut berani mati. Itulah sebabnya maka negara itu menjadi pusat pelayaran.”

Tentunya banyak lagi cerita, legenda bahkan mitos tentang Sriwijaya. Pelaut-pelaut asing seperti Cina, Arab, dan Parsi, mencatat seluruh perisitiwa kapanpun kisah-kisah yang mereka lihat dan dengar. Jika pelaut-pelaut Arab dan Parsi, menggambarkan keadaan sungai Musi, dimana Palembang terletak, adalah bagaikan kota di Tiggris.

Kota Palembang digambarkan mereka adalah kota yang sangat besar, dimana jika dimasuki kota tersebut, kokok ayam jantan tidak berhenti bersahut-sahutan (dalam arti kokok sang ayam mengikuti terbitnya matahari). Kisah-kisah perjalanan mereka penuh dengan keajaiban 1001 malam. Pelaut-pelaut Cina mencatat lebih realistis tentang kota Palembang, dimana mereka melihat bagaimana kehiduapan penduduk kota yang hidup diatas rakit-rakit tanpa dipungut pajak.

Sedangkan bagi pemimpin hidup berumah di tanah kering di atas rumah yang bertiang. Mereka mengeja nama Palembang sesuai dengan lidah dan aksara mereka. Palembang disebut atau diucapkan mereka sebagai Po-lin-fong atau Ku-kang (berarti pelabuhan lama). Setelah mengalami kejayaan diabad-abad ke-7 dan 9, maka dikurun abad ke-12 Sriwijaya mengalami keruntuhan secara perlahan-lahan.

Keruntuhan Sriwijaya ini, baik karena persaingan dengan kerajaan di Jawa, pertempuran dengan kerajaan Cola dari India dan terakhir kejatuhan ini tak terelakkan setelah bangkitnya bangkitnya kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara. Kerajaan-kerajaan Islam yang tadinya merupakan bagian-bagian kecil dari kerajaan Sriwijaya, berkembang menjadi kerajaan besar seperti yang ada di Aceh dan Semenanjung Malaysia.

Dari sisa Kerajaan Sriwijaya tersebut tinggalah Palembang sebagai satu kekuatan tersendiri yang dikenal sebagai kerajaan Palembang. Menurut catatan Cina raja Palembang yang bernama Ma-na-ha Pau-lin-pang mengirim dutanya menghadap kaisar Cina tahun 1374 dan 1375.

Maharaja ini barangkali adalah raja Palembang terakhir, sebelum Palembang dihancurkan oleh Majapahit pada tahun 1377. Berkemungkinan Parameswara dengan para pengikutnya hijrah ke semenanjung, dimana ia singgah lebih dulu ke pulau Temasik dan mendirikan kerajaan Singapura. Pulau ini ditinggalkannya setelah dia berperang melawan orang-orang Siam.

Dari Singapura dia hijrah ke Semenanjung dan mendirikan kerajaan Melaka. Setelah membina kerajaan ini dengan gaya dan cara Sriwijaya, maka Melaka menjadi kerajaan terbesar di nusantara setelah kebesaran Sriwijaya. Palembang sendiri setelah ditinggalkan Parameswara menjadi chaos.

Majapahit tidak dapat menempatkan adipati di Palembang, karena ditolak oleh orang-orang Cina yang telah menguasai Palembang. Mereka menyebut Palembang sebagai Ku-Kang dan mereka terdiri dari kelompok-kelompok cina yang terusir dari Cina Selatan, yaitu dari wilayah Nan-hai, Chang-chou dan Changuan-chou.

Meskipun setiap kelompok ini mempunyai pemimpin sendiri, tetapi mereka sepakat menolak pimpinan dari Majapahit dan mengangkat Liang Tau-ming sebagai pemimpin mereka. Pada masa ini Palembang dikenal sebagai wilayah yang menjadi sarang bajak laut dari orang-orang Cina tersebut. Tidak heran jika toko sejarah dan legendaris dari Cina, yaitu Laksamana Chen-ho terpaksa beberapa kali muncul di Palembang guna memberantas para bajak laut ini.

Pada tahun 1407 setelah kembali dari pelayarannya dari barat, Chen-ho sendiri telah menangkap toko bajak laut dari Palembang yaitu Chen Tsui-i. Chen-ho membawa bajak laut ini kehadapan kaisar, kemudian dihukum pancung di tengah pasar ibukota. Namun, beberapa toko bajak laut di lautan cina seperti Chin Lien, pada tahun 1577 telah bersembunyi di Palembang dan kemudian menjadi pedagang yang disegani di Palembang.

Chiang Lien sebagai pengawas perdagangan untuk cina, sebetulnya kedudukan ini adalah suatu jabatan yang disahkan oleh kaisar dan mempunyai wewenang mengatur hukum, imbalan, penurunan ataupun kenaikan (promosi) bagi warga Cina di Palembang. Dapat dibayangkan bahwa kekuasaan orang-orang Cina di Palembang hampir 200.

Masa Kesultanan Palembang

Berbicara mengenai asal-usul kota Palembang, memang tidak bisa dilepaskan dari sejarah perkembangan kerajaan Sriwijaya, yang pernah menjadikan kota Palembang sebagai ibukotanya. Kejayaan Sriwijaya seolah-olah diturunkan kepada Kesultanan Palembang Darusallam pada zaman madya sebagai kesultanan yang disegani dikawasan Nusantara. Palembang pernah berfungsi sebagai pusat kerajaan Sriwijaya dari abad ke-7 (tahun 683 Masehi) hingga sekitar abad ke-12 di bawah Wangsa Sailendra/Turunan Dapunta Salendra dengan Bala Putra Dewa sebagai Raja Pertama.


Menurut Tomec Pires yang menulis sekitar tahun kejatuhan Melaka, menyatakan bahwa pupusnya pengaruh Majapahit dan Cina di Palembang adalah akibat kebangkitan Islam di wilayah Palembang sendiri. Situasi dan kondisi ini menempatkan Palembang menjadi wilayah perlindungan Kerajaan Islam Demak sekitar tahun 1546, yang melibatkan Aria Penangsang dari Jipang dan Pangeran Hadiwijaya dari Pajang, dimana kematian Aria Penangsang membuat para pengikutnya melarikan diri ke Palembang.

Para pengikut Aria Jipang ini membuat ketakutan baru dengan mendirikan Kerajaan Palembang. Tokoh pendiri Kerajaan Palembang adalah Ki Gede Ing Suro. Keraton pertamanya di Kuto Gawang, pada saat ini situsnya tepat berada di kompleks PT. Pusri. Dimana makam Ki Gede Ing Suro berada di belakang Pusri. Dari bentuk keraton Jawa di tepi sungai Musi, para penguasanya beradaptasi dengan lingkungan melayu di sekitarnya.

Pada abad ke-17, terjadilah suatu akulturasi dan asimilasi kebudayaan jawa dan melayu, yang dikenal sebagai kebudayaan Palembang. Ki Mas Hindi adalah tokoh kerajaan Palembang yang memperjelas jati diri Palembang, memutus hubungan ideologi dan kultural dengan pengaruh pusat kerajaan kerajaan Mataram di Jawa (1643-1651). Pangeran Ratu Kimas Hindi Sri Susuhanan Abdurrahman Candiwalang Khalifatul Mukminin Sayidul Iman (Kimas Hindi/Kimas Cinde/Sunan Cinde Walang), menyatakan dirinya sebagai sultan pertama, dan memproklamirkan kota Palembang sebagai ibukota Kesultanan Palembang Darussalam, setara dengan Sultan Agung di Mataram. Ki Mas Hindi bergelar Sultan Abdurrahman, yang kemudian dikenal sebagai Sunan Cinde Walang (1659-1706).

Keraton Kuto Gawang dibakar habis oleh VOC pada tahun 1659, akibat perlawanan Palembang atas kekurang ajaran hasil wakil VOC di Palembang, Sultan Abdurrahman memindahkan keratonnya ke Beringin Janggut (sekarang sebagai pusat perdangangan).

Sultan Mahmud Baaruddin I yang bergelar Jayo Wikramo (1741-1757), adalah merupakan tokoh pembangunan Kesultanan Palembang, dimana pembangunan modern dilakukannya. Antara lain Mesjid Agung Palembang, Makam Lembang (Kawah Tengkurep), Keraton Kuto Batu (sekarang berdiri Musium Badarudin dan Kantor Dinas Pariwisata Kota Palembang).

Selain itu, dia juga membuat kanal-kanal di wilayah kesulatan, yang berfungsi ganda, yaitu baik sebagai alur pelayaran, pertanian juga untuk pertahanan. Badaruddin Jayo Wikramo memantapkan konsep kosmologi Batanghari Sembilan sebagai satu lebensraum dari kekuasaan Palembang.

Batanghari Sembilan adalah satu konsep Melayu – Jawa, yaitu adalah delapan penjuru angin yang terpencar dari pusatnya yang, merupakan penjuru kesembilan. Pusat atau penjuru kesembilan ini berada di keraton Palembang (lebih tegas lagi berada di tangan Sultan yang berkuasa).

Dari seluruh pelabuhan di wilayah orang-orang Melayu, Palembang telah membuktikan dan terus secara seksama menjadi pelabuhan yang paling aman dan peraturan paling baik, seperti dinyatakan oleh orang-orang pribumi dan orang-orang Eropa. Begitu memasuki perairan sungai, perahu-perahu kecil, dengan kewaspadaan yang biasa siaga dengan tindakan-tindakan perampasan.

Kemungkinan perahu perampok yang bersembunyi akan memangsa perahu-perahu dagang kecil yang memasuki sungai, jarang terjadi, karena ketatnya penjagaan oleh kekuatan Sultan dengan segala peralatannya. Selain kekayaan yang melimpah dari baiknya pelayanan pelabuhan dan perdagangan, membuat Palembang mempunyai kesempatan memperkuat pertananannya.

Ini dibuktikan oleh Sultan Muhammad Bahauddin yang mendirikan keraton Kuto Besak pada tahun 1780. Di dalam melawan penjajahan Belanda dan Inggris, Sultan Mahmud Baruddin II berhasil mengatasi politik diplomasi dan peperangan kedua bangsa tersebut.


Sebelum jatuhnya Palembang dalam peperangan besar di tahun 1821, Sultan Mahmud Badaruddin II secara beruntun pada tahun 1819 telah dua kali mengahajar pasukan pasukan Belanda keluar dari perairan Palembang. Keperkasaan Sultan Mahmud Badaruddin II ini dinilai oleh Pemerintah Republik Indonesia adalah wajar untuk dianugrahi sebagai Pahlawan Nasional.

Masa Penjajahan Belanda

Tanggal 7 Oktober 1823 Kesultanan Palembang dihapuskan oleh penjajah Belanda dan kota Palembang dijadikan Komisariat di bawah Pemerintahan Hindia Belanda (kontrak terhitung 18 Agustus 1823), dengan Commisaris Sevenhoven sebagai pejabat Pemerintah Belanda pertama.

Palembang sebagai Ibukota Kesultanan Palembang Darussalam pada saat di bawah pemerintah kolonial Belanda dirombak secara total dari sisi penggolongan kotanya. Pada awalnya wilayah pemukiman penduduk kota Palembang, di zaman Kesultanan lebih dari sekedar pemukiman yang terorganisir. Pemukiman pada waktu itu adalah suatu lembaga persekutuan dimana patronage dan paternalis terbentuk akibat struktur masyarakat tradisional dan feodalistis.

Keseluruhan sistem ini berada dalam satu lingkungan dan lokasi. Sistem ini dikenal dengan nama gugu(k). Kosakata gugu berasal dari jawa – Kawi yang berarti barang katanya, diturut, diindahkan. Setiap guguk mempunyai sifat sektoral ataupun aspiratip. Sekedar untuk pengertian meskipun tidak sama, bentuk guguk ini dapat dilihat dengan sistem gilda pada abad pertengahan di Eropa.

Contoh nama wilayah pemukiman yang dikenal sebagai Sayangan, adalah wilayah dimana paramiji dan alingan (struktur bawah dari golongan penduduk kesultanan) yang memproduksi hasil-hasil dari bahan tembaga. Sayangan artinya pengerajin tembaga (Jawa Kawi). Produksi ini dilakukan atas perintah dari bangsawan yang menjadi pimpinan (guguk) yang menjadi pelindung terhadap kedua golongan baik miji maupun alingan (orang yang dialingi/dilindungi).

Hasil produksi ini merupakan pula income bagi sultan dan kesultanan. Contoh lain dalam adalah wilayah pemukiman mengindikasikan wilayah guguk, yaitu kepandean adalah rajin atau pandai besi, pelampitan adalah perajin lampit, demikian juga dengan kuningan adalah perajin pembuat bahan-bahan dari kuningan. Pemukiman ini dapat pula bersifat aspiratif, yaitu satu guguk yang mempunyai satu profesi atau kedudukan yang sama, seperti guguk Pengulon, pemukiman para pendahulu dan alim ulama disekitar Mesjid Agung.

Demikian pula dengan kedemangan, wilayah dimana tokoh demang tinggal, ataupun kebumen yaitu tempat tempat dimana Mangkubumi menetap. Disamping ada wilayah-wilayah dimana kelompok tertentu bermukim, seperti Kebangkan adalah pemukiman orang-orang dari Bangka, Kebalen adalah pemukiman orang-orang dari Bali. Setelah Palembang dibawah adminstrasi kolonial, maka oleh Regering Commisaris J.I Van Sevenhoven sistem perwilayahan guguk harus dipecah belah.

Pemecahan ini bukan saja memecah belah kekuatan kesultanan, juga sekaligus memcah masyarakat yang tadinya tunduk kepada sistem monarki, menjadi tunduk pada administrasi kolonial. Guguk dijadikan beberapa kampung. Sebagai kepala diangkat menjadi Kepala Kampung, dan di Palembang dibagi menjadi dua wilayah, yaitu Seberang Ulu dan Seberang Ilir. Untuk mengepalai wilayah tersebut diangkat menjadi Demang.

Demang adalah pamongraja pribumi yang tunduk kepada controleur. Kota Palembang pada waktu itu terdiri dari 52 kampung, yaitu 36 kampung berada di seberang ilir dan 16 kampung di seberang Ulu. Kampung-kampung ini diberi nomor yaitu dari nomor 1 sampai 36 untuk seberang ilir, sedangkan seberang ulu dari 1 sampai 16 ulu.

Pemberian nomor-nomor kampung ini penuh semangat pada awal pelaksanaannya, tetapi kemudian pembagian tidak berkembang malah menyusut. Pada tahun 1939 kampung tersebut menjadi 43 buah kampung, dimana 29 kampung berada diseberang ilir dan 14 kampung berada di seberang ulu.

Dapat diperkirakan penciutan adminstratif kampung ini karena yang diperlukan bukanlah wilayahnya, tetapi cacah jiwanya yang ada kaitan dengan pajak kepalanya. Sehingga untuk itu digabungkanlah beberapa kampung yang cacah jiwanya minim, dan cukup dikepalai oleh seorang Kepala Kampung. Oleh karena Kepala Kampung hanya mengurus penduduk pribumi, maka untuk golongan orang Timur Asing, mereka mempunyai Kepala dan wijk tersendiri.

Untuk golongan Cina, kepalanya diangkat dengan kedudukan seperti kepangkatan militer, yaitu Letnan, Kapten dan Mayor. Demikian pula dengan golongan Arab dan Keling (India/Pakistan) dengan kepalanya seorang Kapten. Untuk kedudukan kepala Bangsa Timur Asing, biasanya dipilih berdasarkan atas pernyataan jumlah pajak yang akan mereka pungut dan diserahkan bagi pemerintah disertai pula jaminan dana begi kedudukannya.

Pemerintah Kota Palembang pada 1 April 1906 menjadi satu Stadgemeente. Satu pemerintahan kota yang otonom, dimana dewan kota yang mengatur pemerintahan. Penduduk menyebut pemerintah kota ini adalah Haminte. Ketua Dewan Kota adalah Burgemeester (Walikota), dia dipilih oleh anggota Dewan Kota. Anggota Dewan Kota dipilih oleh penduduk kota.

Sebenernya pemerintah kota bukanlah dibentuk untuk tujuan utama memenuhi kepentingan pribumi, akan tetapi lebih kepada kepentingan para pengusaha Barat yang sedang menikmati liberalisasi. Karena dampak liberalisasi menjadikan kota sebagai pusat atau konsentrasi ekonomi, baik sebagai pelabuhan ekspor, industri, jasa-jasa perdagangan dan menjadi markas para pengusaha.

Kemudian kota Palembang dijadikan Gameente/haminte berdasarkan stbld. No. 126 tahun 1906 tanggal 1 April 1906 hingga masuknya Jepang tanggal 16 Februari 1942.

Di zaman penduduk Jepang (1942-1945), tepatnya Jepang tanggal 16 Februari 1942, Jepang masuk ke kota Palembang. Secara struktural tidak ada perubahan kedudukan kepala kampung. Hanya gelarnya saja yang berubah, yaitu menjadi Ku – Co dan mereka dibawah koordinasi Gun – Co.

Tugasnya dititik beratkan pada pembangunan ekonomi peperangan Jepang. Untuk merapatkan barisan di kalangan penduduk, diperkenalkan suatu sistem lingkungan Jepang, Tonari – Gumi, yaitu Rukun Tetangga yang meliputi setiap 10 rumah di suatu kampung. Tonari – gumi dipimpin oleh seorang Ku – Mi – Co (Ketua RT).

Palembang Syi yang dipimpin Syi-co (Walikota) berlangsung dari tahun 1942 hingga kemerdekaan RI.
Setelah Soekarno-Hatta memproklamirkan kemerdekaan Republik Indonesia pada 17 Agustus 1945, berdasarkan keputusan Gubernur Kdh. Tk. I Sumatera Selatan No. 103 tahun 1945, Palembang dijadikan Kota Kelas A.
Berdasarkan Undang-Undang No. 22 Tahun 948, Palembang dijadikan Kota Besar.
Berdasarkan Undang-Undang No. 18 Tahun 1965, Palembang dijadikan Kotamadya.
Berdasarkan Undang-Undang No. 5 Tahun 1974 tanggal 23 Juli 1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan di Daerah, Palembang dijadikan Kotamadya Daerah Tingkat II Palembang.

Dan masih banyak tempat sejarah dan peninggalan sejarah masa lalu yang bisa dijadikan tempat berwisata yang bisa dikunjungi, antara lain museum bukit siguntang, pulau kemarau palembang, makam raja kuno di sabo king king, benteng kuto besak, dan masih banyak lagi jika berkunjung ke daerah pinggiran kota palembang seperti kabupaten lahat dengan bukit jempol, pagaralam dan danau ranai, dan yang terkenal
dikota palembang adalah tenun songket, empek empek, kemplang palembang, dan makanan tradisional lainnya,Demikian sejarah kota palembang yang admin Cybermales sampaikan karena bentar lagi kota palembang akan jadi tuan rumah Islamic Solidarity Games (ISG) ke-3 tahun 2013. semoga bermanfaat.

Selasa, 17 September 2013

AK 47 terbiilang populer dimasanya. Mulai dari suara yang khas AK-47 ketika memuntahkan peluru saat ditembakan. atau poper senjata yang memiliki kesan khusus. Kalashnikov AK 12 bisa dikatakan pengganti senjata serbu AK-47 yang dipakai rusia selama perang dingin.

Kalashnikov AK 12 assault rifle bisa dikatakan varian bahkan berbeda dengan AK 47. dikembangkan oleh insinyur di Izmash. AK-12 memiliki popor lipat, dilengkapi dengan 3 mode penysesuaian, mulai dari tembakan tunggal, tembakan 3 putaran bahkan tembakan otomatis penuh. Yang unik dari senjata AK 12 ini adalah bisa digunakan oleh seseorang yang bertangan kidal sekalipun.

Mengenal Senjata AK 12 Kalashnikov Pengganti AK 47

Mount pilihan untuk optik dan aksesoris pada AK - 12 yang jauh lebih baik dibandingkan dengan AK - 47 berkat tot full length aksesoris rel di atas penutup berengsel. The Picatinny rel spesifikasi memungkinkan ruang untuk optik, lampu dan laser yang sulit untuk muat pada AK-47 AKM. Penutup atas juga ditingkatkan dan dibuat dengan material yang lebih tebal dibanding sampul dicap dari AK sebelumnya. Semakin aman kait penutup atas sekarang terletak di sisi kanan, tepat di belakang safety selector switch. Senjata AK 12 memiliki berat 3,3 kilogram, kaliber 5.45x39, 5.56x45, 7,62x39; 7,62x51 NATO, sanggung memuntahkan peluru sebanyak 600/1000 putaran menit. Isi magazin 30 dan 60.

Sumber:
http://www.recoilweb.com/new-kalashnikova-izmashs-ak-12-573.html
http://world.guns.ru/assault/rus/kalashnikov-ak-12-e.html

Credit image : http://www.thefirearmblog.com/blog/2012/01/26/kalashnikov-ak-12-unveiled/

Senin, 16 September 2013

Beda sebutan satu arti, karena ada unsur dan bagian dari babi. Babi hewan yang diharamkan bagi umat Islam memiliki banyak sebutan. Bisa jadi banyak diantara umat muslim terkadang kurang mengetahui, belum pernah mendengar atau sudah banyak yang tahu. Babi di Indonesia paling populer dengan sebutan babi, atau celeng tergantung dari daerah dan bahasa daerah tidak sama. Berikut nama lain dari babi dan unsur dari babi dalam istilah bahasa asing :

nama lain babi

1. Lard

Lard sesungguhnya bukan lah daging babi, melainkan minyak babi. Lard biasanya terkandung dalam sabun atau bahan kosmetik seperti pemutih, pelembab dan lain-lain.

2. Hog

Hog, istilah ini memang jarang ditemukan di Indonesia. Tapi jika suatu saat anda menemukan istilah ini di luar negeri, usahakan untuk tidak mengonsumsinya karena Hog merupakan nama lain babi dewasa berbobot besar.

3. Ham

Anda pasti familiar dengan ham. Di Indonesia, ham memang rata-rata terbuat dari daging sapi. Tapi berhati-hati lah dalam mengonsumsi ham jika anda bepergian ke luar negeri. Karena di Negara barat sana Ham lebih cenderung berupa daging babi.

4. Swine

Swine merupakan nama lain dari spesies babi yang biasanya dijadikan campuran pada penyedap rasa. Oleh karena itu mulai dari sekarang coba lah untuk lebih teliti lagi dalam memilih sebuah produk, terutama yang berkaitan dengan makanan. Sebelum mengonsumsinya pastikan aman dan baca komposisinya dengan baik.
  
5. Boar

Boar adalah babi sejenis celeng. Ya mungkin juga mirip seperti babi hutan. Intinya Boar masih berkerabat dekat dengan babi.

6. Pork

Pork biasa ditemukan dalam campuran mie, makanan kaleng impor atau daging-daging olahan seperti sosis, baso dan lain-lain. Tapi untuk produk Indonesia, Pork masih jarang ditemukan.

7. Bacon

Pada dasarnya bacon adalah daging tipis. Tapi daging tipis tersebut perlu dipertanyakan apakah itu daging babi atau bukan. Di luar negeri, khususnya di Negara barat sana, bacon biasanya daging babi yang telah di iris secara tipis.

8. Sow

Sow mungkin bukan lah istilah yang familiar di telinga orang Indonesia. Ya, karena istilah tersebut memang jarang digunakan. Sow adalah daging babi betina indukan.

9. Sow Milk

Jika Sow adalah daging babi betina, maka Sow Milk adalah susu babi betina.

10. Porcine

Industri pengobatan biasanya memakai istilah Porcine sebagai nama lain dari bahan-bahan yang berasal dari babi.

Demikian kata kata dan sebutan lain dari babi, jika ada yang lebih paham silahkan dikoreksi, semoga berguna dan bermanfaat.


Jumat, 13 September 2013

Ada kabar dari sumber anonymous, Pasukan elite Suriah atau pasukan komando Suriah akan menyabotase Amerika sebelum atau sesudah  Amerika melakukangan agresi militernya ke Suriah. Menurut sumber anonymous, banyak pasukan elite Suriah telah berada di Amerika. Pasukan khusus Suriah didirikan pada tahun 1958, sekarang terdiri dari satu divisi dan delapan belas resimen terpisah ( kelompok ) pasukan khusus. Pelatihan mereka dilakukan oleh instruktur militer Soviet.

Selama 60 tahun berdirinya pasukan komando Suriah melakukan berbagai serangan terhadap wilayah Israel, di mana penyergapan terhadap konvoi transportasi dengan peluncur roket. mereka memiliki pengalaman sukses dalam perang di Israel, Lebanon, dan di Suriah sendiri, di mana tahun lalu saja, mereka membunuh beberapa ribu pejuang asing.

Departemen Pertahanan Suriah yakin keberhasilan operasi dalam hal perilaku mereka, seperti Amerika Serikat menurut dia , tidak siap untuk operasi tempur di wilayahnya. Target potensial yang jadi sasaran pasukan elite Suriah di Amerika Serikat anatara lain, stasiun kereta api, pembangkit listrik, pengairan, terminal minyak dan gas, dan instalasi militer amerika serikat, sebagian besar basis pertahanan udara dan pangkalan angkatan laut. Layaknya serangan Jepang terhadap Pearl Harbour pada waktu perang dunia ke-2.

pasukan elit suriah serang amerika

Karena menurut pengalaman, negara yang bertahan dan jadi sasaran agresi militer amerika serikat dan sekutunya, seperti Irak, Lybia dan Yugoslavia, akan mudah dihancurkan, tetapi Amerika serikat akan kesulitan jika perang dinegaranya sendiri. Banyak infrastruktur vital yang bisa dihancurkan dan akan membuat panik penduduk amerika serikat sendiri.

Pasukan komando suriah atau pasuan elit suriah terdiri dari 3 orang, sampe 7 orang dalam melakukan aksi sabotasenya. Strategi perang yang dicontoh dari serangan militer jepang ke wilayah amerika serikat pada masa perang dunia, jadi ide paling baik, karena amerika rentan terhadap serangan mendadak dalam negerinya sendiri, dikarena banyak imigran pendatang yang terdiri dari beragam suku bangsa.

Tapi menurut beberapa pengamat, bocornya rahasia rencana sabotase pasukan elit suriah ke amerika, dianggap sebagai intimidasi dalam perang pikiran, serangan informasi untuk mengintimidasi musuh. Jadi salah satu membuat amerika hancur adalah dengan menghancurkan objek vital yang berpengaruh banyak dalam kehidupan sehari hari masyarakat Amerika serikat.

Apapun yang terjadi nantinya, pasukan elit Suriah serang amerika atau Amerika menyerang Suriah duluan, siapa yang hancur,  semua balesan atas tindakan koboi Amerika sendiri, ibarat preman ganas yang selama ini petantang petenteng gak mempan bacok, gak mempan peluru ada apesnya juga, ada kelemahannya juga. Ada kata mutiara yang bagus, bunyinya seperti ini :

Dibalik kerasnya kulit telur ada banyal bagian sisi lemah didalamnya, dan kesombongan adalah rasa rendah diri yang ditutup tutupi. ( by: AP/CBM )


Gestapo Nazi merupakan akronim dari Geheime Staatspolizei. Jika Dalam bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai polisi rahasia Nazi Jerman. Gestapo dibentuk Nazi pada tanggal 26 April 1933. Organisasi ini berada di bawah kendali SS. Tetapi lebih teknis lagi berada dibawah Reich Central Security Office ( Reichssicherheitshauptamt ).

mengenal gestapo Nazi Jerman

Awalnya Gestapo merupakan Polisi Rahasia Prusia (Prusian Secret Police) dan dipimpin oleh Rudolp Diels. Nama Gestapo mulai populer setelah pimpinannya dijabat oleh Herman Goring tahun 1934. Peran Gestapo kadang hampir sama dengan SS. Namun Gestapo lebih berperan selayaknva Biro Federal Investigasi (FBI) di Amerika Serikat.

Komanda Pertama Gestapo

Foto Kekejaman Anggota Gestapo

Pada tahun 1934, Gestapo dipindahkan dari Kementerian Dalam Negeri Prusia ke otoritas Schutzstaffel ( SS ), dan selama lima tahun ke depan Gestapo mengalami ekspansi besar-besaran. Pada tahun 1939, seluruh Gestapo ditempatkan di bawah kewenangan Reichssicherheitshauptamt ( RSHA ) , kantor utama SS( Schutzstaffel ) Dalam RSHA , Gestapo dikenal sebagai Amt IV. Pada tahun 1997 , bekas markas Gestapo daerah di kota itu dijadikan museum untuk mendokumentasikan tindakan masa lalu organisasi itu. Demikian uraian singkat mengenal organisasi Gestapo Nazi Jerman, semoga bermanfaat.


Tesaurus adalah sebuah buku sinonim bahasa Indonesia (dua kata atau lebih yang memiliki arti yang sama). Tesaurus sering termasuk karya terkait yang memiliki hal yang hampir sama. Beberapa tesaurus juga termasuk daftar hiponim (sub-bagian, misalnya "mawar" adalah hiponim dari bunga) yang sering digunakan, serta antonim (dua kata yang memiliki arti berlawanan). Sebagai contoh, dengan mencari kata "besar" di sebuah tesaurus, seseorang akan menemukan kata lain yang mirip seperti "raya", "agung", dll. Jika sebuah tesaurus juga memiliki daftar antonim, orang bisa juga mencari kata yang artinya berlawanan, seperti "kecil".

buku sinonim dan antonim bahasa Indonesia

Banyak pelajar dan penulis yang menggunakan tesaurus untuk membantu diri menemukan kata yang mereka tulis. Menggunakan tesaurus dapat membantu seseorang menambah kosakatanya. Kata tesaurus berasal dari kata thesauros, bahasa Yunani, yang bermakna ‘khazanah’.Lambat laun, kata tersebut mengalami perkembangan makna, yakni ‘buku yang dijadikan sumber informasi’. Tesaurus berisi seperangkat kata yang saling bertalian maknanya. Pada dasarnya, tesaurus merupakan sarana untuk mengalihkan gagasan ke dalam sebuah kata, atau sebaliknya. Oleh karena itu, lazimnya tesaurus disusun berdasarkan gagasan atau tema. Namun, untuk memudahkan pengguna dalam pencarian kata, penyusunan tesaurus pun berkembang, kini
banyak tesaurus yang dikemas berdasarkan abjad.

Tesaurus dibedakan dari kamus. Di dalam kamus dapat dicari informasi tentang makna kata, sedangkan di dalam tesaurus dapat dicari kata yang akan digunakan untuk mengungkapkan gagasan pengguna. Dengan demikian, tesaurus dapat membantu penggunanya dalam mengungkapkan atau mengekspresikan gagasan sesuai dengan apa yang dimaksud. Misalnya, pencarian kata lain untuk kata hewan, pengguna tesaurus dapat mencarinya pada lema hewan. hewan n binatang, dabat, fauna, sato, satwa Sederet kata yang terdapat pada lema hewan tersebut menunjukkan bahwa kata tersebut bersinonim sehingga dapat saling menggantikan sesuai dengan konteksnya. Tesaurus ini berguna dalam pengajaran bahasa sehingga dapat dimanfaatkan oleh pengajar dan pelajar. Di dalam tesaurus ini, pada sebagian lema dicantumkan pula antonimnya, dengan label "ant".  Sangat berguna buat sobat yang ingin mengetahui Sinonim dan Antonim Bahas guna mengikuti test penerimaan CPNS ( Calon Pegawai Negeri Sipil )..

Dalam tesaurus ini, hiponim dicantumkan pula karena di dalam tesaurus lazimnya memuat makna yang saling bertalian. Dengan demikian, pengguna dapat dengan mudah memperoleh kata yang tepat sesuai dengan yang dikehendaki sehingga pengguna dapat memanfaatkan kata itu untuk keperluan pragmatis.
Jika ingin mendownload Buku Tesaurus bahasa Indonesia atau download buku sinonim dan antonim bahasa Indonesia ini, silahkan klik link download pada akhir postingan ini, Files dalam bentuk PDF. Demikian semoga bermanfaat.

"DOWNLOAD HERE"

Arsip Blog

Visitor

Popular Posts

Donate To Me On Paypal

https://www.paypal.me/riyanto1971