Biadab! Densus 88 Bantai Jemaah yang Sedang Shalat Maghrib
Wah inget kata mutiara yang isinya gini:
" Kalo manusia menembak mati Harimau tindakannya disebut Olah Raga tapi
Kalo Harimau yang menerkam manusia katannya pembataian.
Ini selengkapnya:
Apakah upaya pemberantasan tindak teroris atau yang masih diduga teroris harus sampai membabi buta bahkan hingga tega membantai orang yang sedang malakukan ibadah? Tindakan yang dilakukan Densus 88 terhadap Khairul Ghozali bersama 4 orang jemaahnya saat shalat maghrib di Jalan Besar Medan-Tanjung Balai Asahan, dinilai sebagai tindakan yang biadab tidak berperikemanusiaan. Pernyataan tersebut ditegaskan Adil Akhyar Al Medani, didampingi putri kandung ustadz Ghozali, Rabbaniyah (17) kepada Sumut Pos (grup Padang-Today.Com) Jumat (24/9) di Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Medan Jalan Hindu Medan.
Sepak terjang anggota Detasemen Khusus 88 Anti teror yang tega menembak mati orang-orang yang disangka teroris di depan mata keluarganya mendapat perhatian serius Komisi III DPR-RI. Wakil rakyat yang membidangi hukum, perundang-undangan dan hak azasi manusia itu melihat tingkah Densus 88 sudah tidak manusiawi.
Sepak terjang anggota Detasemen Khusus 88 Anti teror yang tega menembak mati orang-orang yang disangka teroris di depan mata keluarganya mendapat perhatian serius Komisi III DPR-RI. Wakil rakyat yang membidangi hukum, perundang-undangan dan hak azasi manusia itu melihat tingkah Densus 88 sudah tidak manusiawi.
“Biadab. Saat orang shalat dihabisi, seolah-olah negera ini bukan Negara hukum. Dalam penyerangan biadab itu, dua orang jemaah itu tewas di tempat akibat ditembaki Densus 88, sedangkan seorang lagi dapat melarikan diri. Sementara itu abang saya, ustadz Ghozali itu terus dianiaya diinjak-injak densus, namun abang saya itu tetap terus shalatnya,” tegas pemilik Pondok Pesantren Dkwah Daarul Syifaa.
Atas penyerangan yang tidak berprikemanusiaan itu, sambung Akhyar, diharapkan agar presiden segera meninjau dan membubarkan Densus 88 karena telah melanggar dan bertindak diluar hukum.
“Saya minta agar presiden SBY agar memperhatikan konfrensi pers ini.Jangan presiden hanya mendengarkan laporan sepihak dari Kapolri BHD.Kami juga meminta pada komisi III DPR-RI, untuk segera mngusut tuntsa kasus ini, dan segera meninjau kembali densus 88, karena sudah tidak berprikemanusiaan,” tegas Akhyar.
Akhyar sendiri sudah mengetahui keberadaan abang kandungnya tersebut, ustadz Ghozali yang saat ini info yang dia terima berada di Mebes Polri.Sementara itu langkah hukum yang akan ditempuh keluarga besar Ghozali yakni sudah melamporkan kasus ini ke Amnesty Internasional.
“Saat ini kami sudah memberikan keterangan pada Amnesty Internasional, laporan tersebut sudah diterjemahkan kedalam bahasa Inggris, nah untuk keponakan saya yang masih berumur beberapa bulan yang ditahan Polres Tanjung Balai, bersama ibunya Kartini Panggabean, kami juga sudah melaporkan ke Komisi Perli Anak Indonesia,” beber pria berjubah putih ini.
Akhyar juga menceritakan selamatnya Kartini Panggabean istri dari ustadz Ghozali, karena Cici (Kartini Panggabean red) berada di ruangan lain. “Namun usai penyerangan tersebut tidak berapa lama datang Polres Tanjung Balai, ke kediaman abang saya seolah-olah tidak mengetahui penyerangan tersebut.Saat itulah Kartini Panggabean bersama anaknya yang masih berumur beberapa bulan diboyong ke Polres, dengan alasan polisi untuk diminta keterangannya,” terangnya.
Sementara itu salah seorang putrid ustadz Ghozali, yakni Rabbaniyah, pelajar Kelas 2 SMA Kelas Muhammdiyah 18 Kampung Lalang yang turut mendampingi pamannya Adil Akhyar Al Medani, di LBH Medan Jalan Hindu Medan, berharap orangnya tuanya tersebut segera pulang kerumah untuk berkumpul bersama keluarganya.
“Saya berhaharap buya (ayah) pulang secepatnya untuk berkumpul bersama keluarga lagi.Saya yakin buya tidak bersalah untuk itu saya hanya hanya bisa menyerahkan dan berdoa pada Allah SWT,” beber gadis manis berkerudung hijau ini. Walaupun, ayahnya dicap teroris oleh Densus 88, namun Rabbaniyah tetap percaya pada orang tuanya dan tetap bersemangat untuk bersekolah.
“Saya berharap kasus penganiayaan buya saya dilakukan Densus 88, saat menjalankan ibadah shalat maghrib, dapat menjadi perhatian serius dari bapak Presiden SBY, agar polisi-polisi itu segera ditindak tegas sesuai hukum yang berlaku,” tegas Rabbaniyah.
Ulah Densus 88 akhir-akhir ini memang sudah sering diluar batas kewajaran, hingga IPW (lembaga pemantau polisi Indonesia) sempat mengatakan mereka arogan karena merasa polisi nomer 1 di Indonesia.
Sumber: http://www.padang-today.com
Senin, 27 September 2010
- Senin, September 27, 2010
- Cybermales
- Berita dan Info Terbaru
No comments
Related Posts:
Politics Of Terror Reign SupremeWhat the hell are these people still doing in Great Britain? We will never learn will we. No, not until the politics of terror reign supreme, the delusional denial suffocates us to a painful death and liberal deranged PC-t… Read More
Israel Sending Crowd Dispersal Weapons to EgyptInternational Network for Rights and Development reported that three Israeli planes landed at Cairo's Mina International Airport on Saturday carrying hazardous equipment for use in dispersing and suppressing large crowds. H… Read More
Mesir News: Amnesty International Menyerukan Pembebasan Segera Pekerja Yang di TawanJumat, Februari 4,2011 01:40 Salil Shetty Sekretaris Jenderal Amnesty International menyerukan pembebasan segera dan aman dari rekan-rekannya dan orang lain dengan mereka, yang memantau situasi hak asasi manusia di Mesir. O… Read More
Inilah Koleksi Foto Kasus Pelanggaran Hak Azazi Pada HewanSeandainya KOMNAS HAH ( Komisi Nasional Perlindungan Hak Azazi Hewan ) ada, gak akan pernah terjadi kejadian memilukan seperti ini, dimana hewan dirampas atas hak haknya demi keuntungan bisnis beberapa kelompok manusia.… Read More
Aliance Nokia With MicrosoftGet your saltshakers ready kids. Word on the streets is that Nokia, the world’s biggest mobile corp. is set to do a deal with the devil, sorry, Microsoft, that it will announce this time next week. Nokia boss Stephen Elop,… Read More
0 comments:
Posting Komentar