Hujan meteor akan menghiasi langit pada kamis malam tanggal 21 April 2016. Hujan meteor terjadi saat Bumi melewati area pecahan debu komet ketika mengelilingi Matahari. Ketika kontak dengan atmosfer Bumi, seprihan-serpihan atau debris debu komet tersebut akan terbakar dan tampak sebagai meteor.
Induk dari hujan meteor Lyrid adalah komet C/1861 G1 Thatcher (atau biasa disebut komet Thatcher saja). Sedangkan nama Lyrid sendiri berasal dari konstelasi Lyra, tempat meteor ini seolah-olah muncul. Satu syarat untuk bisa melihat hujan meteor adalah tidak mendung dan tidak hujan. Selain itu, langit gelap dibutuhkan untuk pengamatan maksimal.
Tapi dengan adanya Bulan Purnama yang merupakan Micro Moon di malam yang sama, cahaya Bulan yang begitu terang akan meredupkan meteor-meteor kecil pada saat hujan meteor Lyrid. Dari yang seharusnya mencapai intensitas 20-50 meteor per jam, dengan adanya Bulan Purnama maka bisa turun hingga 5-10 meteor per jam saja, atau 1 meteor per 6-10 menit.
Jika cuaca cerah, tidak ada hujan dan tidak ada awan yang menghalangi, maka akan terlihat banyak "bintang jatuh" di langit.
Fenomena ini disebut sebagai fase puncak hujan meteor Lyrid. Di mana meteor-meteor yang seolah datang dari rasi bintang Lyra jatuh ke bumi.
"Hujan meteor Lyrid berlangsung pada 16-25 April. Puncaknya, ketika bumi lewat di tengah-tengah jejak komet, ialah pada 21-22 April. Hujan meteor terjadi dari tengah malam sampai subuh," kata astronom Evan Irawan Akbar di Observatorium Bosscha, Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Selasa 19 April 2016.
Dalam satu jam, diperkirakan terdapat 30-40 meteor yang menghujani bumi. Meteor-meteor ini akan nampak seperti bintang jatuh karena terbakar saat melewati atmosfer bumi. "Meteornya kecil-kecil, sebesar batu kerikil. Nah, sewaktu jatuh dia terbakar dan bergerak cepat banget, sehingga terlihat bergaris," katanya.
Evan memastikan, hujan meteor ini tidak berbahaya karena ketika sampai ke permukaan bumi wujudnya telah berupa menjadi serpihan kecil. Meteor yang terbesar juga hanya sebesar bola golf, atau yang disebut fireball. “Kalau meteor biasa berukuran kerikil terlihat cuma beberapa detik, fireball ini terlihat lebih lama," kata dosen astronomi ITB tersebut.
Selain hujan meteor Lyrid, pada April ini juga akan terjadi hujan meteor Eta Aquarids, yang dipicu oleh kejatuhan batu angkasa dari puing komet Halley. Hujan meteor Eta Aquarids berlangsung pada 19 April 2016 sampai 26 Mei 2016, dengan fase puncak pada 5-6 Mei.
"Ukuran meteor saat hujan meteor Lyrid lebih besar dibandingkan Eta Aquarids, tapi jumlah meteor saat hujan Eta Aquarids lebih banyak dibandungkan Lyrid. Pada tahun ini, hujan meteor Lyrid ialah hujan meteor yang kedua, karena yang pertama yakni hujan meteor Quadrantids sudah terjadi pada 3-4 Januari," paparnya.
Hujan meteor, kata Evan, selalu ditunggu-tunggu oleh pencinta astronomi dan kalangan astronom amatir. Keindahan pertunjukan "bintang jatuh" itu dapat dilihat dengan mata telanjang. "Justru kalau pakai teleskop akan lebih sulit, karena meteor yang jatuh tersebar dan bergerak cepat. Lebih enak pakai kamera DSLR dengan lensa fisheye," katanya.
Pengamatan hujan meteor juga lebih nyaman apabila dilakukan dari lokasi yang minim akan polusi cahaya dan memiliki medan pandang yang luas. Daerah-daerah seperti di pantai, pedesaan, pegunungan, atau perbuktitan merupakan tempat yang cukup kondusif untuk melihat hujan meteor. Jadi bersiaplah untuk menyaksikan fenomena alam ini.
Komet Thatcher adalah sumber dari meteor Lyrid. Setiap tahun, di bagian akhir April, planet Bumi melintasi jalur orbit dari komet Thatcher (C / 1861 G1), yang tidak ada foto, karena yang kira-kira 415- orbit tahun mengelilingi matahari. Komet Thatcher terakhir mengunjungi tata surya bagian dalam pada tahun 1861, sebelum proses fotografi menjadi luas. Komet ini diperkirakan tidak akan kembali hingga tahun 2276.
Potongan-potongan ditumpahkan oleh sampah komet ini orbitnya dan membombardir atmosfer atas bumi di 177.000 kilometer (110.000 mil) per jam. The penguapan garis puing-puing malam hari dengan media-cepat Lyrid meteor.
Seperti semua hujan meteor, Lyrids tidak sama sekali diprediksi. Pada kasus yang jarang, mereka dapat membombardir langit dengan sampai hampir 100 meteor per jam. Tidak ada badai meteor Lyrid diharapkan tahun ini. subhanallah walhamdulillah wala ilaha illallah wallahu akbar. ( RR).
Dikutip dari beberapa sumber.
0 comments:
Posting Komentar