Bencana alam kembali menerpa bangsa Indonesia, kini Gunung Kelud erupsi
pada pukul malam jumat pukul 22.50 WIB. Letusan gunung kelud ini
mencapai ketinggian 17 kilometer. Hingga kini, dampak abu vulkanik dari
letusan gunung Kelud dirasakan hingga Purwokerto, Cilacap, dan
Bondowoso.
Penerbangan menuju Yogyakarta, Solo, dan Surabaya hingga kini terpaksa dihentikan akibat pendeknya jarak pandang.
Gunung
Kelud (sering disalahtuliskan menjadi Kelut yang berarti "sapu" dalam
bahasa Jawa; dalam bahasa Belanda disebut Klut, Cloot, Kloet, atau
Kloete) adalah sebuah gunung berapi di Provinsi Jawa Timur, Indonesia,
yang masih aktif. Gunung ini berada di perbatasan antara Kabupaten
Kediri, Kabupaten Blitar, dan Kabupaten Malang , kira-kira 27 km sebelah
timur pusat Kota Kediri.
Kelud dikenal karena letusan ledakan besar sepanjang sejarahnya. Lebih dari 30 letusan telah terjadi sejak tahun 1000 Masehi.
Gunung
api ini termasuk dalam tipe stratovulkan dengan karakteristik letusan
eksplosif. Seperti banyak gunung api lainnya di Pulau Jawa, Gunung Kelud
terbentuk akibat proses subduksi lempeng benua Indo-Australia terhadap
lempeng Eurasia. Sejak tahun 1300 Masehi, gunung ini tercatat aktif
meletus dengan rentang jarak waktu yang relatif pendek (9-25 tahun),
menjadikannya sebagai gunung api yang berbahaya bagi manusia.
Kekhasan
gunung api ini adalah adanya danau kawah (hingga akhir tahun 2007) yang
membuat lahar letusan sangat cair dan membahayakan penduduk sekitarnya.
Akibat aktivitas tahun 2007 yang memunculkan kubah lava, danau kawah
nyaris sirna dan tersisa semacam kubangan air.
Puncak-puncak yang
ada sekarang merupakan sisa dari letusan besar masa lalu yang
meruntuhkan bagian puncak purba. Dinding di sisi barat daya runtuh
terbuka sehingga kompleks kawah membuka ke arah itu. Puncak Kelud adalah
yang tertinggi, berposisi agak di timur laut kawah. Puncak-puncak
lainnya adalah Puncak Gajahmungkur di sisi barat dan Puncak Sumbing di
sisi selatan.
Sejak abad ke-15, Gunung Kelud telah memakan korban
lebih dari 15.000 jiwa. Letusan gunung ini pada tahun 1586 merenggut
korban lebih dari 10.000 jiwa. Sebuah sistem untuk mengalihkan aliran
lahar telah dibuat secara ekstensif pada tahun 1926 dan masih berfungsi
hingga kini setelah letusan pada tahun 1919 memakan korban hingga ribuan
jiwa akibat banjir lahar dingin menyapu pemukiman penduduk.
Pada
abad ke-20, Gunung Kelud tercatat meletus pada tahun 1901, 1919 (1
Mei[4]), 1951, 1966, dan 1990. Pola ini membawa para ahli gunung api
pada siklus 15 tahunan bagi letusan gunung ini. Memasuki abad ke-21,
gunung ini erupsi pada tahun 2007, 2010, dan 2014. Perubahan frekuensi
ini terjadi akibat terbentuknya sumbat lava di mulut kawah gunung.
Letusan 1919
Letusan ini termasuk yang paling mematikan
karena menelan korban 5.160 jiwa , merusak sampai 15.000 ha lahan
produktif karena aliran lahar mencapai 38 km, meskipun di Kali Badak
telah dibangun bendung penahan lahar pada tahun 1905. Selain itu Hugo
Cool pada tahun 1907 juga ditugaskan melakukan penggalian saluran
melalui pematang atau dinding kawah bagian barat. Usaha itu berhasil
mengeluarkan air 4,3 juta meter kubik.
Karena letusan inilah
kemudian dibangun sistem saluran terowongan pembuangan air danau kawah,
dan selesai pada tahun 1926. Secara keseluruhan dibangun tujuh
terowongan. Pada masa setelah kemerdekaan dibangun terowongan baru
setelah letusan tahun 1966, 45 meter di bawah terowongan lama.
Terowongan yang selesai tahun 1967 itu diberi nama Terowongan Ampera.
Saluran ini berfungsi mempertahankan volume danau kawah agar tetap 2,5
juta meter kubik.
Letusan 1990
Letusan 1990 berlangsung selama 45 hari,
yaitu 10 Februari 1990 hingga 13 Maret 1990. Pada letusan ini, Gunung
Kelud memuntahkan 57,3 juta meter kubik material vulkanik. Lahar dingin
menjalar sampai 24 kilometer dari danau kawah melalui 11 sungai yang
berhulu di gunung itu.
Letusan ini sempat menutup terowongan Ampera dengan material vulkanik. Proses normalisasi baru selesai pada tahun 1994.
Letusan 2007
Aktivitas gunung ini meningkat pada akhir
September 2007 dan masih terus berlanjut hingga November tahun yang
sama, ditandai dengan meningkatnya suhu air danau kawah, peningkatan
kegempaan tremor, serta perubahan warna danau kawah dari kehijauan
menjadi putih keruh. Status "awas" (tertinggi) dikeluarkan oleh Pusat
Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi sejak 16 Oktober 2007 yang
berimplikasi penduduk dalam radius 10 km dari gunung (lebih kurang
135.000 jiwa) yang tinggal di lereng gunung tersebut harus mengungsi.
Namun letusan tidak terjadi.
Setelah sempat agak mereda,
aktivitas Gunung Kelud kembali meningkat sejak 30 Oktober 2007 dengan
peningkatan pesat suhu air danau kawah dan kegempaan vulkanik dangkal.
Pada tanggal 3 November 2007 sekitar pukul 16.00 suhu air danau melebihi
74 derajat Celsius, jauh di atas normal gejala letusan sebesar 40
derajat Celsius, sehingga menyebabkan alat pengukur suhu rusak. Getaran
gempa tremor dengan amplitudo besar (lebih dari 35mm) menyebabkan
petugas pengawas harus mengungsi, namun kembali tidak terjadi letusan.
Akibat
aktivitas tinggi tersebut terjadi gejala unik dalam sejarah Kelud
dengan munculnya asap tebal putih dari tengah danau kawah diikuti dengan
kubah lava dari tengah-tengah danau kawah sejak tanggal 5 November 2007
dan terus "tumbuh" hingga berukuran selebar 100 m. Para ahli menganggap
kubah lava inilah yang menyumbat saluran magma sehingga letusan tidak
segera terjadi. Energi untuk letusan dipakai untuk mendorong kubah lava
sisa letusan tahun 1990.
Sejak peristiwa tersebut aktivitas
pelepasan energi semakin berkurang dan pada tanggal 8 November 2007
status Gunung Kelud diturunkan menjadi "siaga" (tingkat 3).
Danau
kawah Gunung Kelud praktis "hilang" karena kemunculan kubah lava yang
besar. Yang tersisa hanyalah kolam kecil berisi air keruh berwarna
kecoklatan di sisi selatan kubah
lava.(http://id.wikipedia.org/wiki/Gunung_Kelud).
Legenda Gunung Kelud.
Gunung kelud pun tidak lepas dari legenda rakyat,dibawah ini adalah sebuah cerita rakyat mengenai Gunung Kelud (Lembu Sura).
Raja
Brawijaya penguasa kerajaan Majapahit, mempunyai seorang putri yang
cantik yaitu Dyah Ayu Pusparani. Putri ini memang benar-benar ayu sesuai
dengan namanya. Banyak raja dan pangeran yang melamar untuk dijadikan
permaisuri. Prabu Brawijaya bingung memilih calon menantu. Lalu raja
mengadakan sayembara siapa yang bisa merentang busur sakti Kyai
Garodayaksa dan sanggup mengangkat gong Kyai Sekardelima, dialah yang
berhak menikah dengan Putri Pusparani.
Para pelamar menguji kemampuannya namun ternyata tak satu pun yang
sanggup merentang busur apalagi mengangkat gong yang sangat besar itu.
Menjelang
akhir sayembara itu datang seorang pemuda berkepala lembu yaitu Raden
Lembu Sura atau Raden Wimba. Dia mengikuti sayembara itu dan berhasil
merentang busur serta mengangkat gong Kyai Sekardelima. Dengan demikian
berarti Raden Lembu Sura yang berhak menikah dengan Dewi Pusparani.
Melihat
kemenangan Lembu Sura, Putri Pusparani langsung meninggalkan
Sitihinggil. Ia sangat sedih karena harus menikah dengan pemuda yang
bekepala lembu.
Putri itu lari kepada embannya. Dia tidak mau
menikah dengan manusia berkepala binatang, betapapun saktinya. Emban
yang setia itu mencari akal bagaimana agar putri itu batal menikah
dengan Raden Lembu Sura. Dia akhirnya menemukan jalan keluar.
Putri
Pusparani disarankan mengajukan syarat kepada Lembu Sura. Syaratnya,
Raden Lembu Sura harus bisa membuat sumur di puncak gunung Kelud.
Mendengar saran embannya, Dyah Pusparani sangat gembira. Dia segera
menyertai ayahnya untuk menemui Lembu Sura. "Selamat Raden Wimba. Engkau
telah memenangkan sayembara dengan gemilang."
"Terima kasih putri dan kau akan menjadi istriku."
"Saya tahu itu, namun saya masih mengajukan syarat lagi."
"Katakanlah Putri, apa syaratmu itu?"
"Buatkan aku sumur di puncak gunung Kelud. Air sumur itu akan kita pakai mandi berdua setelah selesai upacara perkawinan."
"Baiklah Putri. Demi cintaku padamu, akan kupenuhi permintaanmu itu."
Raden
Wimba putra adipati Blambangan itu segera meninggalkan keraton
Majapahit menuju puncak Gunung Kelud. Dengan kesaktiannya, konon dia
mampu mengerahkan makhluk halus untuk membantunya menggali sumur di
puncak Gunung Kelud.
Ternyata benar, tak lama kemudian Lembu Sura
telah menggali cukup dalam. Melihat hal itu, Pusparani ketakutan,
bagaimana pun kalau Lembu Sura berhasil menemukan air di sumur itu dia
harus menjadi istri Lembu Sura.
Pabu Brawijaya juga kebingungan.
Dia bisa memahami perasaan putrinya. Dewi Pusparani menangis di hadapan
ayahnya. Dia memohon ayahandanya bisa menolongnya.
Akhirnya Prabu
Brawijaya menemukan cara. Lembu Sura harus ditimbun hidup-hidup di
dalam sumur itu. Kemudian Prabu Brawijaya menitahkan seluruh prajurit
yang menyertainya untuk menimbun sumur itu dengan batu-batuan besar.
Juga gundukan tanah yang ada di sekitar itu. Sebentar saja sumur tadi
telah rata seperti semula. Lembu Sura tertimbun di dasarnya.
Meskipun begitu karena dia sakti, dia masih sempat mengancam kepada Prabu Brawijaya.
"Prabu
Brawijaya, engkau raja yang licik, culas. Meskipun aku telah terpendam
di sumur ini, aku masih bisa membalasmu. Yang terpendam ini ragaku bukan
nyawaku. Ingat-ingatlah, setiap dua windu sekali aku akan merusak
tanahmu dan seluruh yang hidup di kerajaanmu."
Setelah suara itu
hilang. Seluruh prajurit yang melihat kejadian itu ketakutan. Begitu
pula Prabu Brawijaya dan putrinya. Kemudian Prabu Brawijaya
memerintahkan untuk membuat tanggul pengaman. Tanggul itu sekarang
disebut Gunung Pegat.
Hingga sekarang ini jika Gunung Kelud
meletus dianggap sebagai amukan Lembu Sura untuk membalas dendam atas
kelicikan Prabu Brawijaya.
Cerita rakyat atau legenda ini mirip
dengan legenda asal mula Reog Ponorogo. Lembu Sura yang asalnya seorang
putra bangsawan itu memang seorang pemuda sakti, namun sifatnya
berandalan maka ayahnya menyabda hingga ia dianggap pemuda bodoh seperti
kerbau. Demikanlah cerita rakyat ataupun legenda mengenai Gunung Kelud
atau kisah Lembu Sura.
Turut berduka kepada semua korban akibat
letusan gunung kelud, Indonesia berduka, saudara kita terkena bencana
akibat letusan gunung kelud. Awal tahun 2014 ini, bangsa ini mendapat
teguran, cobaan, awal tahun kuda kayu menurut kalendar cina. Tapi
terlepas dari semua itu bencana adalah ujian cobaan, teguran kepada
semua penduduk negeri ini, negeri yang berbudaya dan memiiki warisan
keluhuran. Semoga semakin memberi pelajaran kepada kita semua agar Tetap
hidup dan berjalan berada dijalan dan tuntunan Ilahi. ( AP/Cybermales
).
Sumber : http://etnics.blogspot.com/2014/02/gunung-kelud-dan-legenda-rakyat-yang.html
Jumat, 14 Februari 2014
- Jumat, Februari 14, 2014
- Cybermales
- Wisata
- No comments
0 comments:
Posting Komentar