Sumber gambar : www.brain-effect.com
Sebagian besar magnesium di dalam tubuh ditemukan dalam sistem rangka tubuh, memberikan kekuatan pada tulang dan sebagai cadangan dalam menjaga kadar serum jika diperlukan. Kandungan magnesium lainnya terdapat di dalam sel-sel jaringan lunak seperti otot, ginjal dan hati dan dalam cairan intraselular. Magnesium yang terdapat di dalam sel-sel dan cairan intraseluler berperan penting pada lebih dari 300 reaksi biokimia, berperan penting dalam glikolisis, siklus trikarboksilat, beta-oksidasi, sintesis protein, kontraksi otot, homeostasis kalsium, hidroksilasi vitamin D, dan regulasi saluran ion. Magnesium berperan dalam mengatur glukosa darah, juga menjaga jantung tetap berdetak secara teratur dan mendukung sistem imunitas.
Asupan makanan yang cukup magnesium, sangat penting untuk kesehatan yang optimal. Gangguan kesehatan akut atau komplikasi penyakit seperti penyakit jantung dan ginjal, diabetes, hipertensi, atau gangguan malabsorpsi berpengaruh pada rendahnya kadar magnesium tubuh. Sedangkan penggunaan obat-obatan diuretik atau alkohol berlebihan atau konsumsi kafein dapat meningkatkan ekskresi urin, yang berisiko menyebabkan defisiensi magnesium. Tanda-tanda kekurangan magnesium bervariasi tergantung tingkat ringan atau beratnya, seperti kehilangan nafsu makan, mual, dan kelelahan sampai pada efek yang parah seperti masalah jantung.
Karena perannya yang vital dan multitier dalam proses biokimia tubuh, magnesium juga diteliti kaitannya dengan pencegahan dan pengobatan berbagai penyakit. Hal yang paling mendapat perhatian adalah hubungan magnesium dengan diabetes dan kesehatan jantung.
Magnesium Kurangi Resiko Diabetes
Bukti epidemiologi menunjukkan bahwa diet magnesium yang cukup dapat mengurangi risiko diabetes tipe 2. Sebuah meta-analisis dari 13 studi kohort prospektif meneliti hubungan ini lebih dari 500.000 subjek dari berbagai latar belakang. Hasilnya jelas menunjukkan hubungan terbalik yang signifikan antara diet magnesium dan resiko diabetes, yang tidak berubah ketika faktor-faktor seperti jenis kelamin, wilayah geografis, atau sejarah keluarga ditambahkan ke dalam model penelitian. Penelitian ini menegaskan penelitian sebelumnya yang menetapkan hubungan antara peningkatan diet magnesium dan penurunan risiko diabetes.
Meskipun terdapat bukti epidemiologi yang kuat, Constance Brown-Riggs, MSEd, RD, CDE, CDN, seorang juru bicara nasional untuk American Dietetic Association dan penulis The African American Guide to Living Well With Diabetes, mendesak ahli gizi untuk menafsirkan studi alam ini dengan hati-hati, mengutip keterbatasan metodologis.
"Sangat penting untuk dicatat bahwa magnesium sebagai gizi tunggal tidak teruji," katanya. "Diet magnesium merupakan mayoritas asupan magnesium total dalam studi ini. Oleh karena itu, profesional gizi harus berhati-hati untuk menekankan pola makan kepada pasien mereka yang mencakup jumlah yang cukup makanan yang kaya magnesium seperti biji-bijian, almond dan kacang-kacangan lain, serta sayuran berdaun hijau. "
Para peneliti setuju, bahwa asupan magnesium berkaitan erat dengan pola diet sehat dan perilaku gaya hidup lainnya, sehingga hal ini harus ditafsirkan hati-hati. Meskipun demikian, bukti menunjukkan bahwa tetap ada hubungan yang kuat antara asupan magnesium dan risiko diabetes ketika para peneliti mampu untuk mengendalikan faktor-faktor lain seperti merokok, olahraga, status kalsium, dan konsumsi sereal tinggi serat.
Hubungan magnesium dan diabetes ditunjukan oleh peran magnesium dalam mempertahankan homeostasis glukosa dan mengatur sekresi dan sensitivitas insulin. Oleh karena itu, tidak mengherankan penelitian menemukan bahwa individu menunjukkan gangguan kontrol metabolik (misalnya, glukosa puasa, glukosa dua jam postprandial, hemoglobin A1c), penurunan sensitivitas insulin, atau gangguan sekresi insulin ketika mereka memiliki kadar magnesium yang rendah.
Meskipun banyak data pendukung mengenai hubungan antara status magnesium dan homeostasis glukosa, tetapi sangat sedikit bukti klinis yang dapat dijadikan dasar untuk keputusan pengobatan. Beberapa peneliti melaporkan keberhasilan dalam meningkatkan sekresi insulin dan / atau sensitivitas jaringan dengan suplementasi magnesium, namun studi ini sebagian besar dilakukan dengan peserta yang tidak memiliki diabetes. Beberapa penelitian pada penderita diabetes memiliki hasil yang cukup menjanjikan tetapi masih jauh untuk dapat diimplementasikan dalam praktek klinis.
Magnesium dan Kesehatan Jantung
Kadar magnesium dalam tubuh juga tampaknya berperan dalam kesehatan jantung, bukti epidemiologi menunjukkan bahwa asupan makanan yang cukup magnesium dapat mengurangi faktor risiko kardiovaskular seperti hipertensi, aterosklerosis, dan metabolik syndrome. Selain itu, penelitian menunjukkan magnesium dapat menjadi pelindung penting terhadap kematian jantung mendadak pada orang tanpa riwayat penyakit kardiovaskular. Hal ini mungkin berhubungan dengan potensi aritmia jantung pada orang dengan hypomagnesia.
Namun tidak semua bukti mendukung hubungan magnesium dengan kesehatan jantung. Sebuah studi besar tahun lalu dari Cohort Jantung Framingham Offspring Study gagal menemukan hubungan antara serum magnesium dan pembentukan hipertensi atau penyakit kardiovaskular. Bukti klinis mengaitkan hipertensi atau penyakit kardiovaskular dengan hypomagnesia dengan dislipidemia, namun tidak diketahui apakah hal ini merupakan konsekuensi langsung dari kurangnya asupan magnesium atau karena efek magnesium pada insulin.
Apakah Lebih Banyak Lebih Baik?
Recommended Daily Allowance (RDA) untuk magnesium untuk orang di bawah usia 18 tahun berkisar dari 80 mg/hari untuk anak 1 tahun, sampai 410 mg/hari untuk pria muda usia 18 tahun. Asupan magnesium 30 - 75 mg / hari dianjurkan selama satu tahun pertama kehidupan anak. RDA magnesium untuk perempuan dan laki-laki berusia 19 sampai 30 tahun adalah 310 mg / hari dan 400 mg / hari. RDA untuk wanita usia 31 tahun dan seterusnya adalah 320 mg / hari; dan untuk pria 420 mg/hari.
Jumlah magnesium yang diperlukan untuk pencegahan penyakit dan pengobatan belum ditetapkan. Data epidemiologi menunjukkan bahwa untuk setiap peningkatan asupan magnesium 100 mg / hari, risiko terkena diabetes tipe 2 berkurang sekitar 15%. Studi klinis menunjukkan beberapa keberhasilan dalam meningkatkan sensitivitas insulin dengan suplementasi magnesium telah menggunakan dosis antara 300 dan 365 mg/day. Perbaikan profil lipid telah dibuktikan menggunakan 365 mg/day. Seperti disebutkan sebelumnya, studi ini terlihat menjanjikan, tapi masih terlalu sedikit yang untuk dapat dijadikan rekomendasi perawatan dasar.
Orang yang akan meningkatkan asupan magnesium harus menghindari suplementasi yang mengandung mineral lainnya, seperti besi, kalsium, fosfor, atau kalium, karena dapat mengakibatkan penurunan penyerapan dan kemanjuran magnesium. Demikian pula dengan konsumsi kadar tinggi phytates dan serat juga akan menghambat penyerapan magnesium.
Potensi Efek Samping
Karena tubuh dapat dengan cepat dan efektif menghilangkan kelebihan magnesium melalui ginjal, keracunan akibat meningkatnya konsumsi makanan yang kaya magnesium tidak mungkin terjadi kecuali pada orang yang memiliki penyakit ginjal. Konsumsi berlebihan garam magnesium (3 sampai 5 gram), bagaimanapun, dapat mengakibatkan diare dan dehidrasi. Efek samping yang lebih serius seperti mual, lemah, penglihatan ganda, bicara cadel, atau kelumpuhan telah dilaporkan pada orang yang telah mencapai tingkat keracunan.
Oleh karena itu, asupan magnesium dari sumber non pangan telah ditetapkan maksimal sejumlah 350 mg / hari, meskipun pada kondisi tertentu, termasuk mereka dengan aritmia jantung, penyakit arteri koroner, dan hiperlipidemia, dapat mengambil manfaat dari suplemen magnesium di atas 350 mg/hari.
Penutup
Diet tinggi makanan kaya magnesium tampaknya dapat menjadi perlindungan terhadap penyakit kronis, dan status magnesium yang rendah semakin banyak dikaitkan dengan resiko penyakit dan gangguan kesehatan lainnya. Ahli gizi harus mendorong pasien mereka untuk mengkonsumsi makanan kaya biji-bijian, sayuran berdaun hijau, dan kacang-kacangan. Namun perlu diingat bahwa tidak terdapat cukup bukti untuk membuat rekomendasi pengobatan dengan suplementasi magnesium ini.
nice post, that's very interesting information thanks for sharing :)
BalasHapusI introduce a Medical student in Islamic University of Indonesia Yogyakarta