KAIRO – Peluru gas air mata yang ditembakkan polisi antihuru-hara Mesir untuk menghalau para pengunjuk rasa jalanan di negara yang kini dilanda kerusuhan itu ternyata adalah buatan Amerika Serikat. Para pengunjuk rasa mengirimkan sejumlah foto dari selongsong peluru yang diambil dari Tahrir Square di Kairo, Selasa, kepada ABC News.
Menurut label yang tertera di selongsong tersebut, produsen gas air mata itu adalah Combined Systems International dari Jamestown, Pennsylvania.
Di situs internetnya, perusahaan tersebut mengklaim menjual "senjata tidak mematikan" kepada negara-negara asing, tanpa secara spesifik menyebutkan nama Mesir.
Ketika coba dikubungi ABC News untuk dimintai keterangan, juru bicara perusahaan tersebut tidak dapat dihubungi.
Amerika Serikat menyumbangkan pendanaan militer sebanyak 1,3 miliar dolar per tahun untuk Mesir.
Menurut anggaran yang diajukan Departemen Luar Negeri untuk tahun 2010, dana bantuan tersebut dipergunakan untuk membantu memperkuat dan memodernisasikan angkatan bersenjata Mesir.
Warga Mesir yang turut serta dalam unjuk rasa jalanan mengatakan kepada ABC News bahwa bukti AS membuat gas air mata tersebut mengirimkan sebuah sinyal yang kuat.
Pemerintahan Obama dikabarkan diam-diam memberikan dukungan terhadap para pemimpin kerusuhan yang terjadi di Mesir.
Seperti dilansir Telegraph, AS telah mengupayakan terjadinya perubahan rezim dalam waktu tiga tahun terakhir.
Disebutkan bahwa Kedutaan Besar Amerika Serikat di Kairo membantu seorang tokoh perlawanan menghadiri sebuah konferensi aktivis di New York yang disponsori AS dan tetap merahasiakan identitasnya dari kepolisian Mesir.
Saat pulang ke Kairo pada Desember 2008, sang aktivis mengatakan kepada para diplomat AS bahwa aliansi kelompok-kelompok oposisi telah menyusun rencana untuk menggulingkan Presiden Hosni Mubarak dan mendirikan pemerintahan baru pada tahun 2011, tahun ini.
Sejak saat itu, aparat keamanan Mesir mulai menangkapi tokoh-tokoh oposisi yang ada hubungannya dengan demonstrasi. Namun identitas dari sang aktivis tidak diungkapkan oleh Telegraph.
Terungkapnya hal itu, yang terdapat dalam dokumen diplomatik rahasia AS yang dirilis situs WikiLeaks, menunjukkan bahwa para pejabat AS menekan pemerintah Mesir agar membebaskan tokoh-tokoh oposisi lain yang ditahan polisi.
Presiden Mubarak, yang dihadapkan dengan tantangan terbesar terhadap pemerintahannya selama 31 tahun berkuasa, memerintahkan para prajurit turun ke jalanan Kota Kairo saat kerusuhan pecah di Mesir.
Polisi menembakkan peluru karet dan menggunakan gas air mata serta meriam air untuk membubarkan kerumunan massa.
Setidaknya ada lima orang yang tewas di Kairo kemarin lusa sementara 870 orang lainnya mengalami luka-luka, beberapa di antaranya terluka akibat tembakan peluru.
Mohammad ElBaradei, pemimpin proreformasi dan pemenang anugerah Nobel Perdamaian, dikenakan tahanan rumah setelah pulang ke Mesir untuk bergabung dengan gerakan perlawanan.
Kerusuhan juga pecah di Suez, Alexandria, dan kota-kota besar lainnya di seluruh negeri tersebut.
sumber: Berita SuaraMedia
0 comments:
Posting Komentar