Kamis, 14 Juli 2011

Banyak alasan wanita atau calon ibu melahirkan secara SESAR ( Caesar ), hal yang paling dominan adalah masalah seksualitas yaitu takut  vagina mengembang dan membesar, yang lain takut tidak bisa melahirkan secara normal atau kurang tenaga dalam mendorong bayi keluar rahim, kemudian ada yang ingin praktis dan takut sakit dalam melahirkan dal lain lain beda alasan tiap ibu hamil.

resiko lahir sesar

Kadang Anda mungkin merasa kecewa, karena pada awalnya ingin melahirkan dengan cara normal, tetapi ternyata harus disesar. Dalam dunia kedokteran, ada indikasi atau alas an-alasan tertentu yang harus dilihat oleh dokter (terutama dokter spesialis kebidanan dan kandungan) bila seorang wanita ingin melahirkan melalui bedah sesar.

Alasan mengapa harus dilakukan sesar..??

- Leher rahim (serviks) berhenti membuka atau bayi tidak lagi terdorong ke bawah ke saluran lahir sehingga kontraksi rahim yang timbul gagal mendorong bayi

- Detak jantung bayi semakin tidak teratur dan dokter memutuskan bahwa bayi tersebut tidak akan bertahan dalam tekanan bila dilahirkan lewat jalan normal

- Tali plasenta menghalangi jalan lahir sehingga menghalangi suplai oksigen ke bayi

Jika ada tanda-tanda bahwa plasenta akan robek atau memisahkan diri dari dinding rahim, maka sesar harus segera dilakukan.

Alasan lain yang cukup kuat mengapa sesar dilakukan misalnya:

- Adanya riwayat operasi pada rahim, atau operasi sesar multiple
- Bayi dalam keadaan sungsang (pantat ada di bagian jalan lahir) atau lintang
- Bayi kembar atau lebih dari tiga
- Ibu mengalami plasenta previa (plasenta terletak terlalu rendah pada rahim  sehingga menghalangi jalan lahir)
- Saat melahirkan, ibu menderita herpes genital yang bisa ditularkan ke bayi saat bayi keluar melalui vagina
- Ibu mengalami pre eklampsia (tekanan darah tinggi saat hamil) yang semakin memburuk
- Bayi mengalami ketidaknormalan atau sakit yang bila dilahirkan lewat vagina akan mempertinggi resiko
- Ukuran bayi cukup besar, terutama bila ibu menderita diabetes atau pernah melahirkan bayi dengan besar yang sama sehingga ibu mengalami trauma saat melahirkan.

Proses penyembuhan sesar agak lebih lama daripada melahirkan melalui vagina/jalan normal). Setelah pulang dari rumah sakit, perlu perawatan bagian jahitan yang akan terasa nyeri selama beberapa minggu. Beberapa perawatan yang dilakukan pasca sesar di antaranya:

- Jika terasa nyeri, kemerahan, atau bengkak sekitar luka jahitan, atau adanya cairan kekuningan/darah keluar, segera konsultasikan dengan dokter
- Bersihkan luka jahitan dengan larutan hydrogen peroksida 2-3 kali perhari
- Hindari menutupi luka dengan perban. Bila luka dibiarkan terbuka, akan lebih cepat sembuh
- Jahitan jarang terbuka. Tetapi bila terbuka, segeralah ke dokter
- Jika mengalami demam di atas 38,3�C, berarti terjadi infeksi, segeralah ke dokter
- Memperbanyak porsi istirahat, tetapi jangan tiduran di tempat tidur. Aktifitas ringan dapat mencegah terbentuknya bekuan darah pada kaki
- Hindari mengangkat benda berat atau naik tangga. Sebaiknya tanyakan pada dokter mengenai aktifitas apa saja yang boleh dan tidak boleh dilakukan.

Melahirkan dengan cara sesar memiliki resiko terjadinya pendarahan, infeksi, luka pada organ-organ terdekat dan bekuan darah pada kaki, panggul, serta paru. Jadi sebaiknya pilihlah rumah sakit yang sudah biasa menjalankan operasi sesar.

Berikut resiko bayi lahir sesar ( Caesar ) :

1. Gangguan pernapasan

TTNB (Transient Tachypnea of the New Born) adalah gangguan pernapasan yang paling sering dikhawatirkan terjadi pada bayi sesar. Gangguan ini terjadi akibat cairan yang memenuhi paru-paru janin selama berada dalam rahim tidak terkompresi mengingat bayi sesar tinggal "terima jadi". Padahal, proses persalinan per vaginam melewati jalan lahir inilah yang memungkinkan cairan yang memenuhi paru-paru semasa janin berada dalam rahim dipompa habis keluar.

Selain itu, proses kompresi juga terjadi berkat kontraksi rahim ibu secara berkala. Kontraksi yang lama-kelamaan semakin kuat ini akan menekan tubuh bayi, sehingga otomatis cairan dalam paru-parunya ikut keluar. Nah, pada bayi sesar, kedua proses kompresi tadi tidak terjadi dengan sempurna.

2. Rendahnya sistem kekebalan tubuh

Data berdasarkan evidance base memang belum ada. Namun pada proses persalinan normal, bayi berpindah dari rahim yang nyaris steril ke lingkungan luar melalui proses yang berlangsung lama dan melibatkan kontraksi selama berjam-jam. Saat lahir pun, mulut bayi tidak tertutup sehingga banyak kuman yang masuk ke dalam mulut, bahkan sampai ke pencernaan. Imbasnya, bayi mengalami kontak alami dengan mikroba floral dalam jalan lahir ibunya yang kemudian berkoloni di ususnya. Hal ini sangat berpengaruh pada perkembangan dan pematangan sistem kekebalan tubuhnya.

3. Rentan alergi

Baik dari kondisi "kotor" di jalan lahir yang tidak dilalui si bayi yang dilahirkan secara sesar, maupun tertundanya pemberian ASI sesegera mungkin, membuat risiko alergi pada bayi jadi lebih tinggi. Belum lagi paparan antibiotik yang biasanya diberikan kepada bayi sesar sebagai langkah berjaga-jaga dari kemungkinan infeksi, juga meningkatkan risiko alergi.

4. Emosi cenderung rapuh

Meski belum terbukti melalui penelitian ilmiah, kondisi psikologis bayi sesar diduga cenderung lebih rapuh dibanding bayi yang dilahirkan secara normal. Faktanya, bayi yang lahir normal memang dihadapkan pada kondisi tidak nyaman dimana ia harus melewati jalan lahir yang sempit dan berliku disertai tekanan hebat akibat kontraksi rahim. Perjuangan inilah yang diyakini dapat melatih mental si kecil sejak dini. Boleh jadi faktor ini memberi kontribusi tersendiri terhadap kepribadian si anak kelak.

Akan tetapi pola asuh yang diberikan orangtua dan bagaimana pengaruh lingkungan terbukti lebih ikut memberi warna apakah seseorang lebih tahan banting atau tidak ketika menghadapi stres kehidupan.

5. Terpengaruh anestesi

Kondisi ini mungkin saja terjadi. Karenanya, tim dokter yang terdiri dari dokter kebidanan dan kandungan, dokter anak, dan dokter anestesi harus berhitung secermat mungkin agar pembiusan pada bayi berpengaruh seminim mungkin. Untuk itu, umumnya anestesi yang digunakan adalah anestesi spinal yang berdosis rendah. Penggunaan bius total membuat bayi terlihat agak ngantuk karena dikeluarkan saat masih di bawah pengaruh anestesi.

6. Minim peluang IMD

Bayi sesar kurang mendapatkan kesempatan untuk menjalani IMD alias inisiasi menyusu dini. Ini karena kondisi bayi sesar berbeda dari kondisi bayi lahir normal yang bisa langsung ditempelkan di dada ibunya dengan refleks yang cukup kuat untuk mencapai payudara ibu. Sementara pada persalinan sesar, hal yang tak bisa segera dilakukan mengingat bayi biasanya langsung dipasangi infus dan selang oksigen guna membantu pernapasannya. Si ibu pun umumnya masih dalam keadaan "teler" akibat pengaruh obat anestesi.

Bertolak dari sederet risiko yang tidak ringan tersebut, patahlah anggapan bahwa bayi yang dilahirkan sesar pasti lebih cerdas dibanding sesama bayi yang dilahirkan normal. Terlebih bila tindakan sesar itu terpaksa ditempuh karena adanya gangguan kegawatan janin. Gangguan ini tentu saja bisa berdampak langsung pada kondisi bayi meski banyak juga bayi sesar tak "bermasalah" yang menampakkan potensi kecerdasannya.

Secara fisiologis, di usia kehamilan 37 minggu biasanya kepala janin sudah akan masuk ke jalan lahir. Bahkan memasuki minggu-minggu terakhir kehamilan (usia kehamilan 38-40 ming-gu), tubuh ibu sudah betul-betul siap melahirkan bayi. Jalan lahir menjadi lunak dengan sendirinya. Perlunakan ini membuat kepala bayi mustahil terbentur tulang panggul ibu yang keras ketika meluncur di jalan lahir.

Adanya kontraksi yang semakin kuat dan semakin sering sangat membantu bayi mendorong kepalanya sedikit demi sedikit melewati jalan lahir.

Gerakan ini bukan sekadar meluncur dengan mendorong-dorong kepalanya, tapi mendorong sambil memutar saat mencari jalan keluar. Gerakan membentuk ulir ini menjamin kepala bayi maupun isi kepalanya sama sekali tidak terganggu. Apalagi otak juga cukup terlindung dengan aman oleh tulang-tulang tengkorak yang kuat.

Kalaupun ada trauma jalan lahir yang dialami biasanya tidak sampai menimbulkan gangguan yang berarti. Yang paling sering terjadi hanyalah perdarahan di kulit kepala terluar. Jarang sampai terjadi gangguan di bagian dalam kepala.

Contohnya, fase pembukaan sudah lengkap dan kepala janin sudah melewati pintu atas panggul, namun ia tak kunjung keluar. Dalam kondisi seperti itu biasanya dibutuhkan alat bantu seperti vakum atau forseps. Sesuai namanya, alat bantu ini akan membantu menarik janin keluar.

Sayangnya, penggunaan vakum tidak menihilkan risiko pada bayi. Terutama jika tarikannya tergolong kuat karena dapat meningkatkan tekanan pada kepala. Jaringan kepala bagian dalam dan luar bisa saja ikut tertarik mengingat ubun-ubun bayi biasanya masih dalam kondisi terbuka. Tindakan vakum dikhawatirkan dapat memengaruhi/mengganggu sistem persarafan di bagian kepala.

Bukan cuma bagian kepala yang bisa terkena pengaruhnya, tapi juga bagian tubuh lain. Contohnya, jika bayi terpaksa divakum gara-gara berat tubuhnya lebih dari 4.000 gram. Menarik tubuh bayi begitu saja agar keluar bukan tidak mungkin membuat jaringan persarafan/fleksus bahu ada yang ikut tertarik. Akibatnya, bayi mengalami lumpuh pada bagian lengan yang persarafannya ikut tertarik tadi. Kesimpulannya, dibanding lahir dengan tindakan vakum, persalinan sesar lebih memungkinkan bayi mengalami risiko seminimal mungkin.

Jika proses kelahiran bayi sampai menimbulkan gangguan pada proses tumbuh kembangnya, tidak menutup kemungkinan hal ini berdampak pada kecer-dasannya. Nah, tinggal bagaimana orangtua mendeteksi gangguan tersebut sesegera mungkin. Caranya? Dengan mengamati bagaimana perkembangan motorik kasar si bayi di usia-usia awal. Adanya gangguan atau keterlambatan biasanya akan tampak di usia 4 bulan ke atas. Dokter yang menangani bayi-bayi

dengan gangguan perkembangan biasanya juga akan bertanya mengenai proses kelahirannya. Kalau memang gangguan perkembangan tersebut diduga akibat proses kelahiran, maka si bayi harus sesegera mungkin ditangani oleh ahlinya. Ini agar proses tumbuh-kembangnya dapat optimal. Tentu saja selain perlu distimulasi secara teratur dan terus-menerus.

Kesimpulannya apapun yang terjadi saat seorang ibu melahirkan boleh dibilang merupakan misteri Sang Pencipta. Artinya, banyak hal di luar rencana manusia bisa muncul di momen-momen genting seperti ini.

0 comments:

Posting Komentar

Arsip Blog

Visitor

Popular Posts

Donate To Me On Paypal

https://www.paypal.me/riyanto1971