Ada perbedaan mendasar antara batik Jogja – Solo dengan batik Pekalongan, jika batik Jogja-Solo mempunyai filosofi – religius, maka batik Pekalongan seperti juga batik pesisir lainnya secara umum lebih bersifat komoditi.
Riwayat batik Pekalongan sendiri tak bisa dilepaskan dari pengaruh budaya Belanda, China, dan Arab karena letak geografisnya yang menjadi salah satu kota perdagangan. Di Pekalongan juga pernah tinggal beberapa maestro batik Indo Belanda yang terkenal antara lain : Lien Metzelaar, Caroline Josephine von Franquemont serta yang paling populer: van Zuylen bersaudara, Eliza dan Carolina.
Tingginya permintaan pada batik Indo Belanda pada masanya melahirkan tiruan yang biasanya diberi marking ‘m d’, singkatan dari ‘model dari’, contohnya m.d Van Zuylen. Bahkan ditemukan marking yang menggunakan nama ‘Van Zuilen’ (menggunakan huruf ‘i’ bukan ‘y’ pada batik copy karya Van Zuylen.
Selain itu, Pekalongan terkenal karena motif Batik China Peranakannya terutama yang berasal dari Kedoengwoeni, salah satu Kecamatan di Pekalongan. Istilah China Peranakan lahir dari Orang-orang China yang tinggal, menetap serta berbaur dengan penduduk asli bahkan ada yang pelakukan perkawinan budaya dan melahirkan keturunan yang disebut China Peranakan.
Mereka melakukan kebiasaan setempat termasuk dalam berpakaian. Inilah yang menyebabkan munculnya kreasi batik yang berasal dari budaya China. Maestro batik Cina Peranakan yang menonjol antara lain : Liem Hok Sien, Liem Boen Tjoe,Liem Boen Gan, The Tie Siet, Oey Soen King dan Oey Soe Tjoen.
Jenis batik yang dibuat oleh orang-orang China peranakan pada mulanya menampilkan pola-pola dengan ragam hias satwa mitos China seperti naga, burung hong, kura-kura, kilin serta ragam hias berbentuk mega dengan warna merah atau merah dan biru. Berbeda dengan batik Jawa yang banyak memakai pewarna alami yang agak berat seperti soga, kayu tingi, akar pace dan sebagainya, batik peranakan banyak menggunakan warna primer (merah,biru,hijau dan sebagainya) dari pewarna kimia buatan.
Pada masa penjajahan Belanda, motif bunga mendominasi batik China Peranakan dan melahirkan istilah Batik Buketan yang berasal dari kata bouqet (Belanda/Perancis) Motif khas batik peranakan lainnya diantaranya adalah jlamprang dan lokcan. Sedangkan Interaksi kaum Cina peranakan dengan batik tradisional melahirkan Batik Tiga Negeri. Batik Tiga Negeri dikenal lewat warnanya yang terdiri dari tiga bagian: biru, coklat/sogan, dan merah. Disebut Batik Tiga Negeri karena pembuatan batik ini dilakukan di tiga tempat yang berbeda. Biru di Pekalongan, Merah di Lasem, dan Sogan di Jogja -Solo.
Karya terbaik dari Batik Pekalongan lainnya adalah Batik (Jawa) Hokokai. Motif Hokokai merupakan batik yang dibuat pada masa penjajahan Jepang tahun 1942-1945. Jenis batik ini mengambil nama dari organisasi bentukan pemerintah militer Jepang, yaitu Jawa Hokokai
Batik Hokokai dihasilkan dengan teknik tulis. Batik ini berupa kain panjang yang dipola pagi-sore (satu kain dua corak) sebagai solusi kekurangan bahan baku kain katun di masa itu. Warna yang lebih gelap biasanya dipakai di bagian luar untuk pagi dan siang hari, sementara bagian yang berwarna pastel dipakai pada acara malam hari. Motif yang dominan ditampilkan adalah kupu-kupu dan kuncup bunga dengan latar belakang corak Jawa tradisional, seperti parang, kawung, dan sidomukti.
0 comments:
Posting Komentar